Airmadidi-Tanah di kompleks SMKN 1 Airmadidi mencuat dan menuai sorotan sejumlah masyarakat.
Ini terkait posisi rumah Kepala Sekolah SMKN 1 Airmadidi Eleonora Sompie SPd MM yang terletak tepat di belakang kompleks sekolah.
Informasi yang dihimpun, masalah tersebut mencuat setelah Sompie membangun tiga ruang kelas di bagian areal bukit belakang sekolah.
Diduga, tiga ruang kelas sengaja dibangun di bagian bukit belakang sekolah, agar bisa dibuat akses jalan untuk menuju kelas, sekaligus jalan masuk ke rumah pribadi kepala sekolah.
Pasalnya, tanah sekolah seluas 2 hektar berbentuk huruf ‘L’ sehingga menutup tanah milik Sompie yang berada di belakang tanah sekolah.
“Tanah milik kepala sekolah kan ada di belakang sekolah, makanya ruangan kelas sengaja dibangun di areal bukit agar bisa dibangun juga jalan menuju kesana, yaitu melewati rumah pribadi kepsek,” kata sumber.
Dugaan tersebut rupanya telah masuk ke ruang kerja Inspektorat Minut, dengan dugaan pembangunan jalan sekolah yang tidak sesuai peruntukan.
Inspektur Inspektorat Minut Umbase Mayuntu membenarkan adanya laporan tersebut.
“Laporannya ada, tapi belum ditindaklanjuti,” kata Mayuntu.
Sementara itu, Kepala SMKN 1 Airmadidi Eleonora Sompie membantah tuduhan terkait pembangunan akses jalan ke ruang kelas di areal bukit.
Menurut Sompie, hal yang wajar jika dibangun ruang kelas di atas bukit mengingat jumlah siswa terus bertambah dan pihaknya juga mendapat bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Pendidikan tahun 2015.
Apalagi menurutnya, gedung SMK dilarang dibangun bertingkat, sehingga mengingat tanah sekolah luasnya ke arah bukit, sehingga terpaksa dibangun ruang kelas di bukit.
“Ada jalan kecil dari dalam sekolah, tapi jalan itu terlalu curam. Nah, akses jalan yang paling tepat utuk ke ruang kelas di atas (bukit), yaitu melalui jalan samping sekolah. Disitu mobil bisa naik ke atas. Bukan saya sengaja membangun jalan supaya tembus ke rumah saya,” kata Sompie, Rabu (7/12/2016).
Sompie menjelaskan, dua ruang kelas dan sebuah kantin sekolah seluas 10×30 meter, dibangun di atas lahan pribadinya.
“Waktu zaman Kepala Dinas Pendidikan Alm Fredrik Katuuk disepakati tukar guling lahan sekolah, yaitu tanah saya diberikan untuk dibangun ruang kelas, nanti ada tanah milik sekolah untuk saya. Tapi belum selesai pengurusan lahan, almarhum sudah meninggal. Jadi masalah ini terkatung-katung,” ujar Sompie.
Masih menurut Sompie, pembangunan jalan, dari depan gerbang ke arah kelas di bukit, menggunakan uang pribadinya sebesar Rp100 juta.
“Saya tidak pakai DAK untuk bangun jalan ini, saya pakai uang pribadi,” bantah Sompie.
Pantauan Beritamanado.com, dari dalam lapangan sekolah ada jalan tangga dengan lebar sekitar 1 meter, sebagai akses menuju ruang kelas di bukit.
Sementara, sebelah kiri sekolah, ada tanah pemerintah yang bersebelahan langsung dengan sekolah.
Tanah tersebut, kini sebagiannya dibuat jalan semen, dan menjadi akses masuk menuju ruang kelas di atas bukit. Ketika melewati jalan tersebut, kita baru bisa mendapat rumah pribadi kepsek.(findamuhtar)