Tagulandang-Kisruh distribusi BBM bersubsidi yang melilit masyarakat Tagulandang Biaro bakal bikin calon Bupati incumben Toni Supit, mesti menepuk dahi sendiri. Pasalnya ribuan pendukung basisnya di Tagulandang-Biaro kini berlain hati.
Warga 5 kampung di Biaro yang dulunya menjadi unjung tombak kemenangan Supit, menyatakan hijrah ke Salera (Salindeho-Kuera).
Pernyataan warga itu disampaikan langsung ke kandidat bupati usungan Partai Golkar dan Gabungan Partai Drs Winsulangi Salindeho, pada acara temu warga di Lamanggo dan Kampung Buang, Biaro pada 19 April Lalu.
Geemrivs Makakombo, warga kampung Lamanggo, Biaro mengakatan eksodus ribuan pendukung Supit di Biaro ke kubu pasangan Salera disebabkan kebijakan distribusi BBM ke warga yang amburadul saat ini. “Bukan saja harganya melangit hingga tembus 15 ribu perliter untuk Minyak Tanah dan 11 ribu untuk Bensin, tapi mendapatkannya juga sulit. Setiap KK di Biaro saat ini cuma mendapatkan 3 sampai 4 liter per bulan untuk minyak tanah. Kebijakan pembagian jatah minyak ini menyensarahkan kami. Apalagi mayoritas warga di sini berprofesi nelayan,” ujar Makakombo.
Belitan krisis BBM ini ternyata tidak saja krusial di Biaro, di kawasan Pulau Tagulandang juga sama. Warga Mohongsawang dan Lesa dalam tatap muka dengan pasangan kandidat Salera (Salindeho-Kuera) pada 20 Arpil lalu, juga menyampaikan persoalan yang sama. “Lemahnya perhatian pemerintah kabupaten Sitaro menangani masalah dristibusi BBM saat ini merupakan sikap yang tidak populis. Masyarakat benar-benar mengalami kesulitan mendapatkan BBM. Dan masih banyak persoalan lainnya yang juga sama krusialnya yang membuat warga kehilangan simpati mendukung Supit,” ujar Ase Manahampi, di kampung Lesa awal pekan ini.
Apa sesungguhnya pemicu krisis distribusi BBM ke warga ini? Menurut, sejumlah warga masalahnya karena ayah dari Bupati Toni Supit ikut bermain dalam mekanisme penyaluran BBM ke warga, hingga harga dan kuoto distribusi di permainkan sesuka mereka.
“Memang ada semacam konglomerasi parsial dalam mekanisme distribusi BBM ke warga Tagulandang-Biaro saat ini,” tegas Drs Salmon Jacobus di Balehumara awal pekan ini.
Menurut tokoh masyarakat Tagulandang ini sistem konglomerasi parsial (konglomerasi keluarga) yang mengusai peredaran bahan bakar membuat harga sontak naik tajam. Dan jatah distribusi BBM bersubsidi ke warga menjadi sedikit. “Hal ini yang memicu protes warga Tagulandang Biaro saat ini,” tambahnya.
Wakil Bupati Sitaro, Drs Piet Hein Kuera, saat ditemui di Balehumara (21/4), membenarkan adanya kongkalingkong dalam distribusi BBM bersubsidi ke masyarakat. “Itu kan sengaja dibiarkan agar konglomerasi keluarga itu bisa mengeruk untung sebesar-besarnya, sementara masyarakat menjadi sengsara,” tegas Kuera.
Menurutnya, warga harus cermat membaca situasi ini, jangan biarkan hak-hak rakyat dipermainkan oleh oknum tertentu sekadar untuk mengeruk untung untuk kantong sendiri. (*/alf)