Manado – Tepat hari ini, 4 April 2016, warga Sulawesi Utara mengenang peristiwa bersejarah yang dipercaya banyak pihak sebagai embrio awal lahirnya provinsi Sulawesi Utara pada 23 September 1964.
Kepada BeritaManado.com, Taufik Tumbelaka menyampaikan informasi penting terkait peristiwa bersejarah ini.
Pada tanggal 4 April 55 tahun silam terjadi pertemuan yang dijembatani oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara-Tengah, FJ ‘Broer’ Tumbelaka, antara Pangdam XIII Merdeka, Brig Jend Soenandar Prijosoedarmo dengan tokoh besar Permesta DJ Somba di antara Lopana-Malenos, Minahasa Selatan. Selain pertemuan itu, dilokasi yang sama diadakan Penandatangan Permesta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi dan Pangdam menerima defile Pasukan Permesta bersenjata lengkap. Peristiwa ini diikuti dengan “turun gunungnya” sekitar 25.000 pasukan permesta dengan sekitar 7000 pucuk senjata, yang menurut DJ Somba ada sekitar 3000 orang disalurkan ke TNI Angkatan Darat.
Peristiwa 4 April 1961 ini diawali dengan Pertemuan di rumah pribadi Panglima Divisi (sekarang Pangdam) Brawijaya, Kolonel Soerachman dengan FJ ‘Broer’ Tumbelaka (sebagai orang sipil biasa, mantan Perwira Senior dari Divisi Brawijaya) di Jalan Ijen No 44 Kota Malang, Jawa Timur. Dari pertemuan di medio bulan Oktober 1959 antara dua sahabat ini muncul gagasan penyelesaian damai pergolakan Permesta.
Pada 5 Januari 1960, setelah melalui rapat antar Perwira Penting dari Divisi Brawijaya, FJ ‘Broer’ Tumbelaka diberangkatkan ke Manado dari Bandara Tanjung Perak, Surabaya dengan misi khusus dan sangat rahasia.
Tanggal 15 Maret 1960 di desa Matungkas Tonsea, sekarang Minahasa Utara, di rumah keluarga Polii (orang tua mantu Bapak Sompie SF Singal, mantan Bupati Minut), terjadi pertemuan sangat rahasia Pertama antara FJ ‘Broer’ Tumbelaka dan sahabat lamanya, Tokoh Besar Permesta DJ ‘Joes’ Somba.
Hasil Pertemuan Pertama tersebut dilaporkan kepada Panglima Divisi Brawijaya dan selanjutnya dilaporkan kepada MKN/ Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal AH Nasution. Hasilnya dibuat rapat khusus yang di pimpin BrigJend Ahmad Jani.
Pada 25 Mei 1960, secara mendadak FJ ‘Broer’ Tumbelaka dilantik menjadi Wakil Gubernur Sulawesi Utara Tengah dengan Tugas Khusus di Bidang Keamanan.
Selanjutnya FJ Tumbelaka melakukan pertemuan sangat rahasia ke 2 di Popareng, Teluk Amurang, sekarang Minahasa Selatan dengan Tokoh Permesta DJ Somba, Abe Mantiri dan Wim Tenges.
Setelah melakukan serangkaian pertemuan-pertemuan sangat rahasia di wilayah yang dikuasai Permesta, maka pada Pertemuan ke 10 pada 4 April 1961 di lapangan upacara antara Lopana-Malenos Minahasa Selatan terjadi Penandatanganan Naskah Penyelesaian.
Setelah itu dirangkaikan dengan Kedatangan Jenderal Paling senior dari TNI-AD, Mayor Jenderal Hidayat guna menerima Tokoh Besar Permesta AE Kawilarang di Upacara Militer pada 14 April 1961 di Woloan, sekarang Tomohon.
Selanjutnya pada 11 Mei 1961, MKN/Kasad tiba di Manado dan Jenderal AH Nasution didampingi Pangdam XIII Merdeka dan Wagub Sulutteng FJ Tumbelaka itu itu melakukan pertemuan khusus dan tertutup dengan Tokoh Besar Permesta AE Kawilarang di Tomohon pada 12 Mei 1961.
Setelah itu Jenderal AH Nasution melanjutkan perjalanan ke Papakelan – Tondano, Minahasa guna menjadi Inspektur Upacara Penerimaan Pasukan Permesta bersenjata lengkap, sedangkan Tokoh Besar Permesta AE Kawilarang kembali ke Tara Tara Tomohon dengan didampingi Wagub Sulutteng FJ Tumbelaka.
Hampir semua pertemuan sangat rahasia, dilakukan sendiri oleh FJ ‘Broer’ Tumbelaka di daerah Permesta dan pendampingan menuju lokasi hanya oleh seorang sipil, SH Ticoalu (Tjame), kecuali pertemuan ke 8 didampingi Kapten Aris Mukadar, Perwira Kodam XIII Merdeka. (srisurya)