
Khotbah Kristen
Pembacaan Alkitab: Yakobus 2 : 20-26
Teman-teman Remaja yang diberkati Tuhan, mungkin masih ada yang berpikir bahwa hanya dengan percaya kepada Tuhan dan mengaku bahwa Tuhan adalah juruselamat kita telah menyenangkan hati Tuhan.
Atau masih ada yang berpikir bahwa Keselamatan diperoleh karena kita telah percaya kepada Tuhan dan menjadi seorang Kristen.
Apakah demikian? Tentu saja tidak. Iman dan Perbuatan merupakan satu kesatuan yang saling terhubung dan terjalin. Yakobus menganalogikan seperti tubuh dan roh, jika tubuh tanpa roh pasti tidak ada kehidupan atau sebaliknya (ay.26).
Oleh karena itu penting bagi kita untuk tetap memperhatikan tingkah laku kita sehari-hari dan mempertanyakan terus apakah kita telah memiliki perbuatan yang menggambarkan sebagai seorang pemuda Kristen? Jangan sampai kita berpikir bahwa iman di atas segalanya dan pada akhirnya menganggap perbuatan kita terhadap sesama masih di bawah iman kita terhadap Tuhan.
Menganggap bahwa yang penting kita rajin beribadah, tetap percaya kepada Tuhan, dan mengasihi Tuhan namun dalam tingkah lakunya masih membenci sesama, menjatuhkan sesama bahkan berbuat sesuatu yang tidak berkenan kepada-Nya.
Yesus mengatakan bahwa barangsiapa mengasihi Allah tapi tidak mengasihi sesamanya, Ia berdusta. Jadi syarat sebenarnya kita mengasihi Allah adalah seberapa besar kita mengasihi manusia.
Yakobus telah mencontohkan didalam ayat sebelumnya salah satu perbuatan yang menurut Yakobus tidak menampakkan Iman sejati. Yaitu soal memandang muka, salah satu contoh ini sebenarnya merupakan sikap pilih-pilih kasih yang dipraktekkan jemaat pada waktu itu yang ditentang Yakobus (ay. 1-13).
Bagi kebanyakan jemaat pada waktu itu menganggap bahwa hal itu biasa-biasa saja dan bukan merupakan kesalahan yang fatal. Namun Yakobus berbeda dalam melihatnya. Ia menggambarkan bahwa orang-orang yang dipandang sebelah mata selalu bersama-sama dengan Allah (ay.5).
Bagi Yakobus dimana ada seseorang yang menyakiti dan melukai sesamanya ia menyakiti Allah. Pemuda adalah tonggak estafet dan masa depan gereja. Oleh karena itu kebersamaan, solidaritas dan kesetaraan diperlukan agar supaya gereja kedepan terus bertransformasi yang nampak pada tidak hanya iman namun perbuatan.
Sebagai kaum remaja seringkali dalam komunitas kita sebagai anak muda atau yang sering kita sebut sebagai circle atau non-circle, cenderung melihat orang lain dalam kapasitas seberapa menguntungkan dia bagi saya atau komunitas saya secara ekonomi, status sosial dan kedudukan atau jabatan.
Kita memang harus memilih circle yang tidak akan membuat kita jatuh dalam hal-hal yang negatif atau toxic. Namun jika kita tidak mau berteman hanya karena dia miskin, orang tidak terpandang, atau tidak lulus sekolah kita lalu memandangnya rendah, dispelehkan dan terjebak pada apa yang nampak di luar diri manusia.
Padahal apa yang nampak diluar adalah fana dan sebaliknya diri dan hati kita sebagai sesama manusia kehilangan pandangan mata hati. Bukankah Allah mengajarkan kita untuk mengasihi dan memperlakukan orang lain termasuk memandang orang lain sebagai gambar dan rupa Allah? Bukankah Salib Kristus juga melambangkan kehinaan?
Dengan demikian pembacaan ini mengajarkan kita sebagai anak muda untuk senantiasa memelihara kebersamaan yang kuat di dalam pertemanan yang egaliter atau setara.
Sebagai anak muda Kristen, kita yang sedang dan telah menempuh pendidikan yang lebih baik seharusnya memancarkan kasih Allah di tengah dunia. Entah di sekolah, gereja, tempat kerja, dimana saja kita berada, teruslah berbuat hal-hal ini sebagai bentuk iman sejati kita kepada Allah.
Amin.
Inilah khotbah kristen remaja terbaru di tahun 2023.