
Manado, BeritaManado.com — Semakin anjloknya harga cengkeh di Sulut diduga akibat penghentian pembelian cengkih oleh beberapa perusahaan rokok.
Lantas, menyikapi itu, Anggota DPRD Sulut Wenny Lumentut meminta petani saat ini sebaiknya tidak menjual seluruh cengkih yang ada.
“Diawal tahun 2020 nanti, pabrikan akan melakukan pembelian cengkih dan harga pasti akan naik, bisa mencapai 100 ribu per kilonya,” kata Wenny Lumentut yang juga ketua Fraksi Nyiur Melambai di DPRD Sulut ini.
Menurutnya, kondisi yang terjadi sekarang karena efek pabrikan yang menutup pembelian, tetapi setelah memasuki awal tahun 2020 pabrik pabrik akan membuka pembelian.
“Diawal tahun komoditas cengkih dipasaran sudah mulai menipis diprediksikan akan terjadi kekosongan cengkih oleh karena itu petani dapat menyimpan hasil cengkihnya agar supaya di tahun depan masih bisa dijual dengan harga yang tinggi,” jelas Wakil Ketua DPRD Sulut periode 2014-2019 ini.
Dari segi presure politik, ditambahkan Wenny Lumentut, DPRD Sulut akan mengusulkan kepada pemerintah provinsi meminta ketegasan kepada menteri perdagangan mencabut atau menutup import cengkih di seluruh indonesia.
“Import cengkih sangat menguncang pendapatan ekonomi bagi petani cengkih di seluruh indonesia, Bagaimana mungkin Indonesia membuka import, sementara produksi dalam negeri sangat mencukupi. Saat ini Indonesia merupakan penghasil cengkeh terbesar di dunia dan juga kualitas nomor satu di dunia. Kenapa harus import,” ujarnya.
Dirinyapun mengingatkan, 94 persen cengkih Indonesia diserap oleh pabrikan rokok.
“Untuk itu jika sesuatu terjadi pada industri dampaknya juga akan mengenai petani cengkih. Kami meminta pemerintah tidak menganaktirikan para petani cengkih,” tutupnya.
(AnggawiryaMega)