ISAK tangis seorang anak pecah, tatkala menaiki KM Express Bahari, Jumat pekan lalu dari Siau menuju Manado. Akibat berdesak-desakkan anak tersebut tak menahan panasnya kerumunan orang dan langsung menangis tersedu-sedu.
“Ini kwa salah manajemen kapal. Kalau sudah tahu kapal penuh, seharusnya tidak perlu lagi menjual tiket. Lia jo, ini manusia so rupa rumpu. Sapa yang so berdiri pasti berdiri terus sampai tiba di Manado. Belum lagi perasaan muntah,” kata Mito yang berdiskusi dengan Oli, dua penumpang kapal cepat itu.
Keduanya pun meminta perhatian serius mengelola kapal. Setahu mereka, kapasitas kapal hanya sekitar 250-300 orang namun Jumat itu bisa mencapai dua kali lipat atau ada dikisaran 500 hingga 600 orang.
“Ini bahaya kapal dibiarkan terus menerus. Anak-anak kecil menangis karena tak tahannya udara panas di kapal. Untung cuaca tidak buruk, tapi kalau tiba-tiba datang gelombang, kan kasian nyawa manusia. Oke, kita semua bisa berdalih punya tiket, tapi mana pelayanan termasuk kenyamanan dalam kapal yang diberikan pihak kapal. Katanya kapal yang profesional,” sergah Embo, asal Tagulandang.
Kondisi KM Express Bahari memang sering dipaksakan dalam berlayar, padahal hampir setiap bulan harus masuk dok, karena sebenarnya sudah tidak layak. Ironisnya, tetap memuat menumpang dengan over kapasitas. “Jangan karena mencari untung yang banyak lalu penumpang jadi korban,” tambah Roy dan Desi, suami istri yang hendak pulang Manado waktu itu.