Cuaca pagi itu sangat cerah, di area parkir tepat pintu masuk, taxi online berhenti dan menurunkan penumpang, seorang perempuan yang sedang hamil tua, di Puskesmas Bahu, Kecamatan Malalayang, Manado, Minggu (7/7/2019).
Sopir membuka pintu belakang dan menurunkan sebuah koper hitam, tas sport merah dan sebuah termos biru muda yang tutup atasnya sudah tidak ada.
Dibantu sopir membawa barang-barangnya, sambil menahan sakit, perempuan hamil itu berjalan sendiri memasuki ruangan bersalin di Puskesmas itu.
Sesampainya dalam ruangan, perawat jaga yang sedang bertugas menyapa perempuan itu dengan ramah.
“Selamat pagi ibu, selamat datang di Puskesmas Bahu, kami siap melayani ibu,” sapa perawat dengan senyumnya yang manis.
Terlihat beberapa lembaran kertas di atas meja, dengan sabar perawat menulis data pasien, sambil sesekali bertanya pada pasien.
Entah apa yang ditanya, tiba-tiba perempuan hamil itu matanya berkaca-kaca, hanya terdengar sebuah kata terucap sambil menahan kesedihan.
“Dipenjara,” terdengar suara perempuan hamil itu agak tersendat.
Sejenak perawat itu terdiam, tangannya masih memegang pulpen hitam tanpa menulis.
Suasana di ruang itu pun jadi sepi. Sambil mengusap-usap perutnya perempuan hamil itu hanya berdiri dan kakinya sesekali diangkat sebelah dengan kedua tangannya disandarkan di sudut meja perawat.
Sekilas terlihat di raut wajah perempuan hamil itu menahan sakit, namun sekilas juga tampak menahan kepedihan.
“Siapa yang bisa mewakili untuk tanda tangan surat ini bu?” perawat memecah keheningan sejenak.
Perempuan itu keluar dan memanggil seorang bapak yang sudah lebih dulu ada di Puskesmas itu.
“Pa… ke dalam dulu, dipanggil perawat,” panggil perempuan hamil itu kepada seorang bapak yang sedang duduk di luar.
Perawat menyodorkan dua lembar kertas dan menyuruh bapak itu untuk tanda-tangan.
“Maaf pak, kalau boleh tahu hubungan bapak dengan pasien apa ya?” tanya perawat sangat hati-hati, takut menyinggung perasaan kedua orang di depannya.
Dengan tenang sambil tangan kiri menggandeng pundak perempuan hamil disampingnya, jawaban bapak itupun memecah suasana jadi berubah.
“Saya papanya,” jawab bapak itu dengan senyum, sambil telunjuk kanannya diarahkan ke kepala perempuan hamil disampingnya.
Oleh: Nova Manoppo