Manado – Sekolah Adat Koha (SAK) bekerjasama dengan Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) Sulawesi Utara (Sulut) menggelar kegiatan permainan tradisional dan ziarah kultura, di Desa Koha, Kecamatan Mandolang, Kabupaten Minahasa, Jumat (13/01/2017).
Seiring perkembangan zaman saat ini, mulai mengikis nilai-nilai warisan luhur Minahasa. Hal itulah yang membuat SAK bersama BPAN Sulut melaksanakan kegiatan permainan tradisional dan ziarah kultura ke situs-situs budaya di sekitar kampung tersebut. Kegiatan itu dimaksud untuk membuat para pengiat budaya peduli akan permainan tradisional.
Nedine Helene Sulu, selaku pengerak dadi SAK mengatakan, Sekolah adat ini dibuat karena tidak ada wadah di Minahasa secara formal untuk belajar tentang adat Minahasa khususnya di Desa Koha. Makanya kegiatan-kegiatan ini dibuat untuk memberikan ruang.
Proses kegiatan dibuat, mulai dengan ziarah kultura ke beberapa situs sejarah seperti waruga para pendiri kampung, batu ‘pasela’ atau batu pendirian kampung, watu patar,dan situs sejarah jejak kaki Siow Kurur. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi mengenai permainan tradisional sembari mempraktekkannya langsung.
“Sayangnya di daerah Minahasa sekarang ini sangat minim akan kepedulian masyarakat untuk mengingat atau menggulang kembali akan permainan khas daerah di Minahasa. Tambah lagi kurangnya akses buku, guna melihat tulisan dokumentasi budaya Minahasa. Dengan ziarah kultura kita akan belajar dan mengetahuinya banyak karena berkunjung pada situs budayanya langsung, untuk mendapatkan ingatan terkait tempat-tempat itu,” tutur Nedine Sulu kepada BeritaManado.com,Sabtu (14/1/2017) sambil menambahkan penting mendokumentasikan permainan tradisional dalam bentuk catatan agar nilai adat tidak dilupakan.
Ketua BPAN Sulut Eirene Christi Mamahit menyampaikan, pentingnya permainan tradisional mengajarkan seorang anak makna sebuah kebersamaan, interaksi dan bersosialisasi.
“Seperti permainan benteng dulu itu memiliki makna. Ini mengartikan seseorang harus mampu mempertahankan wilayahnya dan kawan-kawannya jangan sampai direbut. Untuk menyerang harus juga memberdayakan kemampuan teman-teman yang ada,” ucap Eirene Cbristi Mamahit.
Sementara, terkait ziarah kultura yang telah dilaksanakan, dipandang sebagai wadah untuk belajar nilai-nilai kebaikan yang diwariskan para leluhur Minahasa sebelumnya.
“Dengan melaksanakan kegiatan ziarah kultura sebenarnya seseorang akan mendapatkan banyak hal bijak dari para pendahulu Minahasa atau leluhur. Kegiatan ini menjadi penting sebab menjadi ruang untuk mengajarkan nilai-nilai luhur Keminahasaan,” ucap Jemmy Pangalila, penghayat kebudayaan Minahasa asal Desa Koha. (YohanesTumengkol)