Ratahan – Setahun lebih James Sumendap dan Ronald Kandoli (JS-RK) memimpin roda pemerintahan di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra).
Dalam perjalanan pemerintahan keduanya, banyak pujian yang disampaikan masyarakat terhadap program-program pembangunan yang sudah dan sementara mereka lakukan, lebih khusus untuk program pemerataan pembangunan satu miliar satu desa atau Samisade.
Meski komiten JS-RK terus ditunjukan lewat program membangunan yang secara langsung bersentuhan dan pro kepada warga, namun keduanya terus saja mendapat kritikan keras di media sosial (MedSos) facebook.
Dikutip BeritaManado.com melalui postingan akun facebook mantan wakil bupati Mitra Drs Jeremia Damongilala MSi. JaDi sapaan akrabnya menyarankan agar pemerintahan JS-RK tidak perlu memakai istilah Samisade.
Menurut dia, profil APBD sama persis dengan pemerintahan sebelumnya termasuk daerah lain, kecuali Kabupaten Kukar Kalimantan Timur yang sudah ada bahkan meningkat 2 miliar per desa.
“Ini sangat tidak baik untuk pendidikan politik rakyat Mitra,” tulis Damongilala lewat akun facebooknya di Kerukunan Kawanua Minahasa Tenggara (KKMT) baru-baru ini.
Postingan mantan pimpinan DPRD Kota Manado dari PDIP ini pun sontak menuai pro kontra sesama pengguna jejaring facebook di grup KKMT.
Damongilala kemudian menuliskan apa yang pernah ditanyakan dia saat debat kandidat Pilkada Mitra 2013 lalu.
“Saya minta maaf. Saya hadir beberapa kali acara di Mitra, Samisade sering dipidatokan. Saat debat kandidat cabup waktu lalu, di depan banyak orang saya tanya ke pak james. Apakah yang dimaksud satu miliar itu termasuk didalamnya adalah program-program seperti bantuan pendidikan, pertanian, peternakan, PU, kesehatan dan lainnya, dengan tegas dijawab tidak. Sekarang penjelasan-penjelasan camat, hukum tua/lurah ke rakyat persis sama dengan yang saya duga dan pertanyakan waktu itu. Ini kan pembohongan kepada rakyat Mitra. Itu yang saya bilang pendidikan politik yang tidak baik bagi rakyat. Soal program-program pembangunan, laknat bagi warga Mitra yang coba-coba menghambat,” paparnya. (rulandsandag)