Program 1000 titik WiFi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bitung, Maurits Mantiri- Hengky Honandar resmi dilaunching, Senin (26/04/2021).
Launching itu digelar di Ruangan BPU Kantor Wali Kota dan dihadiri Forkopimda serta sejumlah pihak yang bakal ikut ambil bagian mensukseskan 1000 titik WiFi dan Bitung Kota Digital.
Berikut alasan Maurits-Hengky meluncurkan program 1000 titik WiFi;
“Kita sedang mengalami pergeseran perjalanan dari industri 3.0 seharusnya sekarang kita sedang berada pada industri 4.0 untuk menuju pada society 5.0. Namun, dalam perjalanan kemudian kita dihantam pandemic COVID-19 sehingga kita harus melakukan lompatan besar langsung menuju ke society 5.0,” jelas Maurits-Hengky.
Sementara, khusus untuk Kota Bitung sendiri, dari sisi SDM saja kita masih jauh tertinggal. Dalam analisis saya terhadap data-data indikator pendidikan/ kualitas SDM kita, saat ini di Kota Bitung, rata-rata SDM angkatan kerja kita kualifikasi pendidikannya masih di bawah SMA (>50% hanya lulusan SMP).
Selain itu, tingkat literasi digital masyarakat kita (termasuk di birokrasi) juga masih rendah. Sebagian besar orang baru menggunakan teknologi digital sebatas untuk menunjang komunikasi dan bersosial media. Belum pada pemanfaatan yang member nilai tambah ekonomi dan sosial.
Padahal, diera disrupsi seperti sekarang ini dimana perubahan terjadi dengan sangat cepat, sehingga terjadi perubahan cara hidup secara mendasar. Mulai dari cara berpikir, cara bersosialisasi, cara berkomunikasi, cara bertransaksi, cara menganalisis, bahkan cara memproyeksikan apa yang akan terjadi mendatang (perubahan sosial ekonomi).
Model bisnis atau tata kelola pemerintahan dan sektor privat tidak bisa lagi dilaksanakan dengan cara-cara biasa. Harus berubah dari business as usual ke model bisnis yang out of the box.
Model bisnis atau tata kelola pemerintahan dan sektor privat tidak bisa lagi dilaksanakan dengan cara-cara biasa. Harus berubah dari business as usual ke model bisnis yang out of the box.
Diperlukan cara kerja dan cara berbisnis yang baru dengan bantuan teknologi digital yang berkembang sangat pesat.
Tren dan peluang ekonomi digital saat ini sangat menjanjikan untuk pemulihan dan pertumbuhan serta penopang perekonomian. Menurut Google Temasek, dan McKensey Global Institute, ekonomi digital Indonesia diprediksi dapat mencapai 130 sampai 140 Milyar Dolar kontribusinya terhadap PDB tahun 2025. Menurut Ernts & Young, pertumbuhan bisnis online di Indonesia mencapai 40% per tahun dan merupakan yang terbesar dan tercepat di Asia Tenggara. Ini adalah peluang yang perlu kita tangkap agar perputaran nilai tersebut juga terjadi di Kota Bitung.
Sebenarnya prahara Covid-19 juga memberikan peluang untuk terus mengembangkan transformasi digital. Kita kini lebih banyak menjalani bekerja online, belajar online, berbelanja/ transaksi online (cashless/ touchless economy) untuk menghindari kontak fisik.
Seiring dengan semakin kompleks dan dinamisnya kebutuhan masyarakat, Kebutuhan akan layanan publik yang berbasis digital semakin mendesak untuk dilakukan. Bukan saja dalam rangka pemenuhan kebutuhan sehari-sehari, alat komunikasi, sistem pembayaran, sarana pendukung belajar, sampai dengan bekerja, tapi juga agar pemerintah hadir untuk menjamin kepastian, keadilan, dan tidak adanya diskriminasi dalam pelayanan publik. Karena prosedur layanan digital mampu memangkas biaya dan waktu, mengurangi KKN, serta tidak membeda-bedakan.
Latar belakang tadi mendorong kami untuk berkomitmen untuk mewujudkan visi Bitung menjadi Kota Digital yang Mandiri, Sejahtera, dan Berkarakter, Berlandaskan Gotong Royong.
Melalui visi ini, kami ingin perkembangan digitalisasi di Kota Bitung dapat memberdayakan perekonomian masyarakat daerah agar menjadi lebih sejahtera. Artinya, digitalisasi benarbenar dapat membawa manfaat dan nilai tambah ekonomi, bukan sekedar dipandang sebagai gaya hidup “modern” semata. Apalagi kalau sampai alokasi belanja Teknologi Informasi dan Komunikasi kemudian hanya menimbulkan pemborosan.
Dengan bantuan teknologi, potensi-potensi SDA dan SDM Kota Bitung harus mampu berkembang untuk menangkap setiap peluang usaha yang akan muncul dengan adanya transformasi digital.
Begitu juga di sektor pendidikan, digitalisasi diharapkan ini menjadi kanal untuk mendekatkan akses pendidikan/ belajar ke masyarakat melalui metode pembelajaran jarak jauh dengan memanfaatkan TV Digital/ Online.
Digitalisasi juga dapat mendorong tumbuhnya gotong-royong melalui sociopreneurship yaitu kewirausahaan sosial yang tidak saja mengejar profit tetapi juga giving back to community. Sociopreneurship ini dapat diarahkan untuk penggalangan-penggalangan dana sosial yang dapat membantu pemerintah mengatasi permasalahan-permasalahan sosial.
(advetoria