Kezia Elrika Zephania Sanger (IST)
Manado, BeritaManado.com – Pasca pemungutan suara Pemilu 17 April 2019, disusul Pemungutan Suara Ulang (PSU) yang digelar pada 27 April 2019, masyarakat harus bersabar menunggu hasil resmi yang akan dikeluarkan KPU selambat-lambatnya tanggal 22 Mei mendatang.
Namun, sambil menunggu hasil resmi, beberapa persoalan pun muncul ke publik, misalnya saja, pada Pemilu kali ini meninggalkan duka yang mendalam dan menjadi catatan tersendiri bagi sejarah bangsa kita.
Banyaknya petugas penyelenggara berguguran dianggap menjadi PR besar untuk kita kedepan semakin berbenah. Belum lagi masih adanya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi, hingga carut marut masyarakat dibingungkan dengan saling klaim menang para kontestan mendahului keputusan resmi.
Hal ini diungkap oleh Kezia Elrika Zephania Sanger kepada BeritaManado.com, Minggu (28/4/2019), Gadis manis ini tampak kritis menyoroti proses berjalannya Pemilu 2019.
“Walau masih banyak catatan, namun kita harus memberi apresiasi sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah menjalankan tugasnya masing-masing mengawal setiap proses demokrasi Bangsa kita ini, khususnya kepada KPU, Bawaslu, TNI-Polri, bahkan lembaga pemantau pemilu sekalipun,” ujar Kezia Sanger, Mahasiswi Semester 8 Fakultas Hukum Unsrat ini.
Lanjutnya, mantan penyandang gelar Putri Hukum Unsrat ini menilai situasi Bangsa pasca pemungutan suara pemilu 2019 masih muncul bibit-bibit perpecahan. Sebut saja istilah cebong (pendukung 01) akan mengatai kampret (pendukung 02), dan sebaliknya.
“Ini terjadi karena masing-masing kubu masih saling mengklaim kemenangan, jika terus terjadi hingga pengumuman resmi KPU, bahkan jika nanti digugat ke Mahkamah Konstitusi dan sudah diputus lalu masih ada pihak yang klaim kemenangan, tentunya patut diantisipasi karena dapat memecahkan persatuan,” jelas Kezia Sanger.
Kezia Sanger pun mengajak para anak muda untuk mengambil peran dan menyikapi situasi ini agar Bangsa Indonesia tetap hidup rukun dan damai.
“Sebagai anak muda, kita harus memberikan pencerahan serta memberi isu positif terhadap kalangan masyarakat umum, jangan justru kita malah ikut-ikutan memanas-manasi situasi,” ajak gadis kelahiran Kotamobagu, 11 Mei 1998 ini.
Lebih lanjut, pada Pemilu kali ini, Kezia Sanger juga menyoroti janji-janji manis para Caleg pada masa kampanye. Ia berharap para Caleg terpilih nantinya dapat betul-betul mewujudkan apa yang mereka janjikan.
“Itu tergantung dari diri Caleg itu sendiri. Kita sebagai masyarakat hanya dapat menunggu apakah itu akan terwujud atau tidak, dan jika tidak, rakyat harus lebih jeli untuk memilih di periode berikutnya,” tandas Kezia Sanger.
Ketika ditanyai BeritaManado.com, apakah kedepan berminat menjadi politisi, Kezia Sanger pun tak menampik kemungkinan untuk menjadi Politisi dikemudian hari.
“Berminat ya, saya selaku Mahasiswa hukum juga ingin mencari pengalaman serta ingin menggali bagaimana Politisi yang sebenarnya. Namun untuk saat ini, saya hanya fokus pada cita-cita saya sebagai Notaris,” pungkas Kezia Sanger.
(PaulMoningka)