Langowan,BeritaManado.com — 150 tahun perjalanan sejarah umat Katolik Langowan telah diwarnai dengan berbagai lika-liku perjuangan, terutama yang dialami para misionaris dan kaum awam yang diberi tugas khusus untuk turut melayani umat waktu itu.
Menurut penuturan dari sejumlah tokoh umat dan warga masyarakat Langowan, bahwa pada permulaan perkembangan umat Katolik di Langowan, pusat pelayanannya ada di Desa Amongena, dimana tempat gereja pertama didirikan.
Gereja yang terbuat dari kayu itu pernah dipublikasikan oleh Pastor Petrus Wintjes SJ di majalah St. Claverbond terbitan tahun 1906, dimana keterangan foto pada Buku Mengenang Yubelium 140 Tahun Permandian Pertama Umat Katolik di Paroki Langowan, Keuskupan Manado bahwa foto tersebut adalah dokumentasi gereja dan umat Katolik Langowan sekitar tahun 1895.
Tahun tersebut memberikan petunjuk bahwa gereja pertama dibangun sebelum tahun 1895 dan menurut catatan sejarah, jika rentetan peristiwa diundur, maka gereja tersebut kemungkinan dibangun antara tahun 1873 – 1895.
Menurut catatan dalam Buku Sejarah Berdirinya SD Katolik Santa Monika Langowan (halaman 6), bahwa di tahun 1890 sekolah dahulunya berada satu tempat dengan gedung gereja yang beratapkan seng, dinding kayu dan lantai beton.
Dengan demikian kesimpulan sementara dapat dikatakan bahwa gereja tersebut dibangun antara tahun 1868 – 1890 dan pada periode tahun tersebut ada sejumlah misionaris Jesuit yang bertugas di Langowan.
Misionaris setelah Pater Johanes de Vries SJ yang melakukan permandian pertama, yaitu Pater G. Metta SJ (1873-1874), Pater J. van Meurs SJ (1874-1883), Pater Le Cooq D’Armandvile SJ (1883-1886) dan Pater B. Mutsaers SJ (1886-1893).
Jadi kemungkinan besar, gereja Katolik pertama yang berlokasi di Desa Amongena itu dibangun pada masa salah satu misionaris yang disebutkan diatas, karena pada masa pelayanan Pater Johanes de Vries SJ diperkirakan belum ada bangunan untuk merayakan misa dan upacara keagamaan lainnya.
Pada waktu itu, Pater Johanes de Vries SJ tinggal sementara di kediaman Pendeta Schafsma dan menggelar misa serta upacara pembaptisan di tempat yang sama, dimana lokasinya saat ini diduga kuat adalah SMA Schwarz Langowan.
Di sekolah tersebut ada dua hal yang dapat menguatkan dugaan ini, yaitu bangunan tua yang merupakan Kantor Klasis dan sebuah brankas yang diperkirakan peninggalan pendahulu Schafsma yaitu Pendeta Johhan Gotllieb Schwarz.
Kawasan Kantor Klasis tersebut cukup luas dan diyakini oleh jemaat Protestan merupakan lokasi dimana Pendeta Schwarz dan Schafsma tinggal, dengan demikian tempat dilakukannya misa dan upacara pembaptisan oleh Pater Johanes de Vries SJ juga sama.
Jika merujuk pada Buku Yubelium 125 Tahun Gereja Katolik Keuskupan Manado dan Yubelium 140 Tahun Permandian Pertama Umat Katolik di Paroki Langowan, tahun 1868 – 1873 diantara Pater Johanes de Vries dan Pater G. Metta SJ ada rentang waktu sekitar lima tahun dan pada masa tersebut tidak ada catatan yang menunjukkan adanya misionaris lain, termasuk jika dilihat dalam Buku Baptis pertama (Liber Baptizotorum I).
Akan tetapi pada rentang waktu yang sama terdapat catatan nama-nama baptisan, hanya saja tidak ada keterangan siapa imam yang melakukan penerimaan Sakramen Baptisan tersebut dan hal ini menimbulkan pertanyaan.
Bisa saja Pater Johanes de Vries SJ menetap di Langowan dan sekitarnya selama kurun waktu tersebut (5 tahun) sambil melayani umat di beberapa tempat, termasuk di wilayah Ratanhan dan Tatengesan (Kabupaten Minahasa Tenggara saat ini).
Tokoh umat Paroki St. Petrus Langowan Jotje Tulangow yang pernah menjadi Guru Jemaat selama 31 tahun mengatakan bahwa cerita-cerita sejarah uat Katolik Langowan sangat baik jika didokumentasikan dalam bentuk tulisan.
“Usaha ini akan menjadi sarana edukasi untuk meningkatkan iman umat secara khusus dari aspek sejarah perjalanan perkembangan gereja Katolik sejak tahun 1868 hingga saat ini. Ini akan berlanjut terus dari generasi ke generasi,” katanya. (Frangki Wullur)