Bitung, BeritaManado.com — Senja ditepi pantai Batuputih, seorang pria parobaya duduk bersimpuh diatas pasir, dibawah ‘sabuah’.
Diwajah tuanya tersungging sebuah senyum kepuasan, usai tangannya yang terlatih menyelesaikan pekerjaan hari ini, menjahit ‘soma’ atau jaring untuk menangkap ikan.
Amos Manumpil, pria parobaya kelahiran Batu Putih, pada bulan Desember tahun 1955, kepada BeritaManado.com, Rabu (22/8/2018), mengaku, kurang lebih 30 tahun menekuni pekerjaannya sebagai nelayan.
“Soma (jaring) panjangnya hampir 200 meter, dan tinggi sekitar 4 meter, jika ada tali senarnya putus, saya jahit sendiri,” kata Amos Manumpil, yang telah memiliki 2 orang anak dan 4 orang cucu.
Menurutnya, sebagian besar masyarakat yang berada di Kelurahan Batuputih Kecamatan Ranowulu-Kota Bitung, pekerjaannya sebagai nelayan tradisional.
“Pekerjaan nelayan memiliki suka duka tersendiri, kalau laut lagi ‘bersahabat’, ikan hasil tangkapan banyak, tetapi ketika kondisi alam tidak memungkinkan, kami berusaha mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” ungkap Amos Manumpil.
Dilanjutkannya, hasil tangkapan biasanya dijual di pasar, atau jika lagi musim banyak ikan ada pedagang yang datang membeli di Batuputih.
“Sebagian besar perahu dan Soma usaha sendiri, hasil dari tangkapan ikan. Memang pernah ada bantuan pemerintah lewat kelompok nelayan berupa perahu katinting dan bentuk bantuan lainnya, tetapi tidak semua dapat,” ujar Amos Manumpil.
Masyarakat juga sangat mengaharapkan pabrik es yang dahulu pernah ada agar bisa difungsikan lagi, serta ada penambahan tiang listrik untuk penerangan jalan dibeberapa titik.
(Jones Mamitoho)