Tompaso – Situs budaya di Minahasa yang dikeramatkan sering disalahartikan oleh sebagian kalangan. Penyembahan berhala yang kental dengan unsur mistik sering menjadi tanggapan sebagian masyarakat Minahasa yang sudah memeluk agama tertentu. Namun menurut para pemerhati sejarah dan budaya, hal itu bukan soal ritual yang berbau mistik, akan tetapi nilai – nilai kehidupan yang terkandung dalam cara hidup para leluhur.
Tenny Sumual, juru kunci situs waruga Toar Lumimuut Desa Palamba saat dihubungi BeritaManado.com beberapa hari lalu memberikan sedikit tanggapan tentang persepsi sebagian masyarakat tentang situs penginggalan sejarah di Minahasa. Menurutnya antara agama dan budaya itu hanya dipisahkan oleh sehelai benang. Artinya antara agama yang sekarang sudah dianut oleh banyak orang dengan ritual budaya itu hanya dibedakan waktu.
“Terserah apa tanggapan orang mengenai situs peninggalan jaman dulu dan serangkaian ritualnya. Kalau mau dipkir, justeru sekarang dimana agama sudah menyebar ke seuruh dunia, seharusnya kondisi moral manusia harus lebih baik. Namun kenyataannya tidak demikian. Kehidupan jaman dulu dimana para leluhur hidup tanpa ada agama, nilai – nilai kehidupan dan moral manusia ternyata masih lebih baik dari saat ini,” ungkap Sumual.
Ditambahkan Sumual, kalaupun ada praktek ritual pada tempat – tempat tertentu misalnya sebuah batu yang dikeramatkan, itu semata – mata untuk melakukan penghormatan terhadap leluhur dan nilai – nilai kehidupan yang mereka tinggalkan. Jadi alangkah baiknya manusia yang sudah memeluk suatu agama tertentu yang tidak ingin terlibat di praktek – praktek kebudayaan, kiranya tidak menjelek – jelekan apa yang dilakukan para tokoh adat. (frangki wullur)