Manado – Prof ABG Ratu yang ditemani Pdt Nico Gara bersama tokoh agama lainnya saat berdialog dengan Rombongan studi strategis dalam negeri Program Pendidikan Reguler Angkatan XLIX (PPAR 49) Tahun 2013, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI yang diketuai oleh DR H Darmakusuma, MSi menjelaskan ada slogan pemersatu yang menjadi salah satu kekuatan daerah ini untuk menangkal berbagai konflik horisontal dimasyarakat.
Slogan tersebut adalah “Torang Samua Basudara” yang telah mendasari kehidupan warga di Sulut secara turun temurun. Menurut Ratu, ini awalnya berasal dari kepedulian warga Minahasa terhadap tujuh orang perkasa yang menjadi tawanan penjajah Belanda pada waktu perang, dimana tujuh orang tersebut berasal dari suku Jawa dan diasingkan oleh penjajah di Sulawesi Utara tepatnya di Manado.
Dia menjelaskan, mula-mula dari pengawasan penjajahan Belanda tersebut timbul kepedulian dan belas kasihan orang-orang Minahasa, dan mereka mulai mendekati tawanan Belanda itu dengan memberikan makanan, pakaian. Atas kepedulian tersebut, para tawanan Belanda yang berasal dari Jawa inipun mulai membaur bersama masyarakat lokal pada waktu itu sehingga mulai terjalin kasih.
“Bahkan para tawanan Belanda inipun menikah bersama wanita-wanita asal Minahasa. Sebelum menikah biasanya para wanita ini membawa seekor ayam dan dua butir telur pada saat hari raya keagamaan umat Muslim begitu pulah sebaliknya saat hari Natal para lelaki-lelaki ini kemudian mengunjungi keluarga wanita dengan membawa bahan yang sama diwaktu Natal,” katanya.
Setelah Menikah, mereka kemudian tinggal disuatu tempat di Wilayah Tondano saat ini merupakan ibu Kota Kabupaten Minahasa tepatnya di kampung Jawa Tondano (Jaton). Dan mereka adalah keturunan dari pada Imam Bonjol.
Dari situlah mulai terjalin persudaraan antara perbedaan suku di masyarakat Minahasa, dan dari situlah mulai dikenal dengan slogan Torang Samua basudara (Bersaudara). (Jrp)