Tondano – Tersinggung sedikit langsung bereaksi, bahkan sampai melakukan tindakan anarkis. Itulah ciri oknum-oknum yang katanya beragama namun tidak menginginkan Indonesia diselimuti kedamaian.
Mengenai hal yang satu ini, Provinsi Sulawesi Utara patut dijadikan contoh nasional bagaimana menyikapi berbagai perbedaan paham keagamaan. Namun demikian di tengh-tengah dinamika masyarakat, kerukunan beragama tetap terjaga.
Harus diakui bahwa di Bumi Nyiur Melambai ini berbagai konflik sosial yang melibatkan dua kelompok tertentu itu semata-mata terjadi tanpa ada unsur SARA. Dengan kata lain sama sekali tidak membawa faktor agama dalam setiap konflik yang terjadi.
Meski beragam pandangan namun semua tokoh agama yang ada di Sulut sepakat mengatakan bahwa untuk alasan persaudaraan, apapun persoalan di masyarakat, tidak diboncengi oleh kepentingan tertentu yang dilatar belakangi agama.
Pastor Christian Santie MSC yang pernah tergabung dalam Badan Kerukunan Umat Beragama Sulut menuturkan bahwa sikap toleransi adalah dasar yang sudah mengakar di dalam diri setiap orang yang lahi di Bumi Nyiur Melambai ini.
“Fakta yang ada di lapangan yaitu dalam satu keluarga, orang-orangnya ada yang sampai memeluk agama lebih dari satu. Ada yang Katolik, Protestan, Islam dan lain sebagainya. Jadi jika kita terhasut oleh provokator, dengan sendirinya keluarga kita juga akan terpengaruh,” kata Santie.
Jadi dengan kata lain menurut mantan Pastor Paroki St Petrus Langowan ini mengungkapkan bahwa konflik dengan orang yang ebda agama, sama saja dengan membenci saudara sendiri. Mungkinatas dasar itu jugalah sampai lahir slogan “Torang Samua Basudara”.
Kepada BeritaManado.com, Selasa (8/11/2016), Santie meminta peran media juga untuk menyebarluaskan bahwa di Sulut sendiri sangat menjunjung tinggi apa yang disebut persaudaraan. Kalaupun ada riak-riak, sekali lalgi menurutnya itu bukan atas nama agama.
“Kita boleh menyaksikan lewat pemberiataan di media massa, meski di salah satu daerah terjadi konflik, selalu ada jalan untuk rekonsiliasi. Itulah yang dilakukan oleh para tokoh masyarakat dan tokoh agama,” tutur Santie.
Dalam konteks lain yang berhubungan dengan hal ini, Santie juga mengatakan bahwa bermitra dengan pemerintah untuk terus memperjuangkan toleransi dan persaudaraan juga sangat penting. (frangkiwullur)