Bitung – Ratusan guru se-Kota Bitung hanya bisa terpaku mendengar materi yang disampaikan dalam Seminar Budaya Internasional yang digelar di ruang BPU Kantor Walikota, Senin (22/9/2014). Pasalnya, kegiatan yang digelar Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) bekerjasama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyajikan materi dalam bahasa Inggris.
Bahkan pemateri yang dihadirkan semuanya menggunakan bahas Inggris yang tentu tak semua guru memahami apa yang disampaikan. Akibatnya, ratusan guru hanya bisa terpaku dan sesekali menganggukkan kepala seolah mengerti apa yang disampaikan para pemateri.
“Kami hanya paham Yes dan No, selebihnya kami tidak tahu. Makanya kami hanya bisa menatap gambar yang ditampilkan setiap pemateri untuk menerka-nerka apa yang sementara dijelaskan,” kata salah satu guru.
Kendati tak dipahami para peserta, kegiatan dengan tema merayakan keragaman tradisi sebagai warisan budaya yang diikuti 200 guru seni budaya se-Kota Bitung pada topik tradisi lisan komunitas lokal dalam penyelamatan alam dan lingkungan, pemberdayaan masyarakat peduli tradisi, penyelesaian konflik dan jembatan masa lalu menatap ke masa depan.
Dimana Seminar Budaya International yang baru pertama kali diadakan di Kota Bitung dengan pembawa materi dari 12 negara asing terdiri dari pemerhati, peneliti, dosen perwakilan UNESCO yakni Norwegia, Malaysia, China, Korea, Belanda, Australia dan sejumlah negara lainnya.
Acara ini sendiri dibuka Wakil Walikota Bitung, Max Lomban didampingi Kadis Dikpora Kota Bitung, Ferdinand Tangkudung.(abinenobm)