“Hubungan Sosial Senjata Pamungkas Mempersatukan Perbedaan”

Manado – Perdamaian antara TNI dan Permesta 4 April 1961 perlu direfleksikan sebagai tonggak sejarah mempersatukan kembali rakyat Sulawesi Utara secara utuh. Sejarah tersebut sebagai energi positif untuk membangun NKRI terutama bagi Sulawesi Utara. Berbagai perbedaan pendapat bahkan ideologi dapat dipersatukan melalui rekonsiliasi dan komunikasi bahkan melalui hubungan sosial yang harmonis.
“Peristiwa perdamaian antara Tentara Nasional Indonesia dengan Permesta merupakan bukti kebesaran hati dua pihak yang bertikai saat itu. Meski berbeda pandangan politik bahkan ideologi, perdamaian juga dapat diciptakan melalui hubungan sosial yang harmonis,” tutur Taufik Tumbelaka, pengamat politik dan pemerintahan Sulut pada dialog pemuda mengenang Hari Perdamaian TNI dan Permesta yang dilaksanakan di salah-satu rumah kopi di bilangan Sario, Kamis (5/4) sore.
Hubungan sosial yang dimaksud Taufik adalah, ketika F.J Tumbelaka, gubernur Sulut yang pertama yang kala itu sebagai anggota TNI diutus pemerintah pusat untuk “mendamaikan” Permesta dengan pemerintah dalam hal ini TNI, pertemuan pertama dilaksanakan di Desa Matungkas. Pihak TNI dipimpin langsung F.J Tumbelaka, sementara pihak Permesta hadir elit Permesta diantaranya, Kawilarang, Fentje Sumual, Warow dan D.J Somba.
Ternyata hubungan erat antara Tumbelaka dan Somba yang notabene salah-satu petinggi Permesta, yang berteman akrab sejak sama-sama di TNI mampu mencairkan permusuhan antara kedua pihak. “Yang menarik pertemuan antara F.J Tumbelaka dan D.J Somba yang ternyata keduanya adalah perwira militer yang sama-sama pernah bertugas di Surabaya. Persahabatan ini yang mampu mempersatukan keduanya,” tukas Taufik.
Menelisik sejarah tersebut ditambahkan Taufik bahwa ternyata persahabatan dimasa lalu dapat menyelesaikan perbedaan pandangan politik dan persengketaan di tingkat nasional. Hubungan sosial tersebut dapat dijadikan contoh bagi elit politik saat ini termasuk generasi muda.
“Nah, sekali lagi perbedaan sikap politik bahkan ideologi dapat dipersatukan kembali melalui hubungan sosial yang telah terjalin. Oleh sebab itu meski kita memiliki banyak perbedaan namun hubungan sosial jangan diputus. Hubungan sosial ini yang dapat menjadi senjata pamungkas mempersatukan perbedaan pendapat,” tukas Taufik.
Hadir pada diskusi ini utusan GAMKI, GMKI, FOKUSMAKER, Gereja Papua, KGPM, LMND, IPNU, HMI, GMPI serta beberapa organisasi pemuda lainnya. (jerry)