Airmadidi-Meski kaya akan potensi alam, pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Minahasa Utara (Minut) masih jauh tertinggal dari daerah lainnya di Indonesia.
“Daerah lain sudah bicara soal bagi hasil BUMDes, kalau kita disini masih terputar masalah laporan. BUMDes di Minut masih jauh tertinggal,” kata Kepala Dinas Sosial serta Pemberdayaan Masyarakat Desa Minut Cakrawira Gundo, Senin (20/3/2017).
Gundo memberi contoh kreatifitas Pemerintah Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah yang sukses mengelolah Umbul Ponggok, sebuah kolam alami yang dikembangkan menjadi wisata tirta yang cukup terkenal di Klaten.
“Kolam air itu dijadikan tempat snorkling, latihan diving, foto-foto dengan objek motor, sepeda dan sebagainya ada di dalam air. Lalu ada ikan-ikan hidup yang berenang bebas. Objek wisata ini membuat pendapatan BUMDes Ponggok mencapai sekitar Rp800 juta per bulan,” kata Gundo.
Menurut Gundo, butuh kreatifitas dari pemerintah desa untuk mengolah potensi alam yang ada.
Disisi lain, jumlah tenaga pendamping sebanyak 40 orang masih kurang untuk memfasilitasi 125 desa di Minut.
Tahun 2017 ini, kata Gundo, dana desa rata-rata naik 100% dan sesuai instruksi presiden, tahun ini penggunaan dana desa prioritas untuk pembuatan embung (waduk kecil untuk irigasi sawah, fasilitas olahraga seperti voli, bukutangkis, takrau, futsal dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
“Kalau tidak berubah, Minut akan menjadi kabupaten percontohan untuk pembuatan embung dan fasilitas olahraga. Kami berharap, tahun ini pemerintah desa dapat memaksimalkan pemanfaatan dana desa dengan baik,” timpal Gundo.(findamuhtar)