Langowan – Di media sosial facebook sangat ramat pujian sekaligus hujatan terhadap pihak-pihak yang berhasil merubah tatanan demokrasi Pemilihan Kepala Daerah melalui DPRD. Masyarakat awam yang turut terpancing akan isu ini terang-terangan mendeklarasikan untuk golput. Namun bagi Marcela Walangitan mahasiswi FISIP Universitas Sam Ratulangi ini, memilih golput sama saja dengan memasung hak demokrasi diri sendiri.
Marcella sapaan akrabnya memiliki arti sendiri soal kata dipasung. Menurutnya ketika seseorang mempunyai keinginan namun karena berada dalam keadaan terinimidasi atasu lainnya sehingga membuat dirinya tidak mewujudkan impiannya itu, itulah artti dipasung. Dalam konteks berdemokrasi, saat orang memutuskan untuk tidak menyalurkan hak politiknya alias golput padahal dirinya punya pilihan, itu sama saja dengan mengintimidasi diri sendiri agar hati nurani tidak bisa berbicara.
Kepada BeritaManado.com, Sabtu (28/9/2014) kemarin, Marcella berpendapat bahwa ketika seseorang tidak menyalurkan hak demokrasinya alias golput padahal ia punya pilihan, itu artinya membuat hati nurani terkekang. Hal itu bisa disamakan dengan dipasung. Kalau begitu, apakah itu Pilkada melalui DPRD dan golput, sama-sama memasung hak berdemokrasi. Hanya sajan kalau golput korbannya cuma satu orang saja.
“Kalau sudah begitu, orang yang pilih golput tak ada bedanya dengan para elit partai yang dituding sebagai oknum-oknum yang memasung demokrasi bagsa ini. Jadi buat teman-teman yang sudah punya hak pilih, tetaplah gunakan hak pilihnya dengan baik untuk memilih wakil rakyat yang berkualitas. Dengan demikian mereka juga akan memilih kepala daerah dengan cara yang baik,” ungkapnya. (frangkiwullur)