Bitung—Rencana pemerintah untuk kembali menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) per tanggal 1 April nanti terus menuai penolakan. Pasalnya kebijakan pemerintah tersebut akan membawa imbas yang luar biasa bagi masyarakat menengah kebawah dan akan menjadi pemicu tingginya angka pengangguran serta angka kemiskinan.
“Kenaikan harga BBM akan semakin membuat rakyat kecil terpuruk, karena dengan naiknya harga BBM, beban rakyat kecil semakin besar,” kata Sekretaris Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Kota Bitung, Alfian Alow.
Menurut Alow, dengan naiknya BBM menyebabkan naiknya berbagai kebutuhan seperti harga Sembako dan berbagai kebutuhan lainnya yang tidak terhindarkan. “Ibaratnya efek domino kenaikan harga BBM. Coba saja wawancara para ibu-ibu di pasar, apa tanggapan mereka jika harga Sembako naik pasti pasrah dengan keadaan, apalagi dengan pendapatan pas pasan,” kata Alow.
Alow sendiri berpendapat, semestinya pemerintah tetap mempertahankan subsidi BBM, termasuk ketika besarannya semakin tinggi ketika harga minyak dunia meroket. Karena menurutnya, subsidi merupakan perwujudan dari amanat konstitusi, agar pemerintah menggunakan pendapatan negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
“Selama ini subsidi dianggap membebani APBN, perlu diresapi makna dari Pasal 33 UUD 1945,” katanya.
Dengan demikian menurutnya, sangat jelas konstitusi mengamanatkan bahwa anggaran pembangunan diperuntukkan sebesarnya demi kemakmuran rakyat, dan ini adalah kewajiban negara. “Subsidi BBM sangat dibutuhkan terutama bagi rakyat kecil. Dan GmnI Kota Bitung bersiap menurunkan anggotanya untuk bergabung dengan para Kader GmnI se-Sulut untuk melakukan aksi damai menolak kenaikan BBM,” katanya.(en)