“Tunda dulu mengkritisi, saatnya berempati”
Manado – Menyikapi permasalahan pasca banjir di Kota Manado yang menimbulkan kerugian yang luar biasa, ternyata memunculkan dinamika tersendiri di masyarakat. Bencana menjadi momentum pencitraan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sehingga memberikan kesan bahwa para korban banjir menjadi komoditas eksploitasi demi pencitraan oknum-oknum yang berkepentingan.
Menyikapi hal ini, GMKI Manado menghimbau agar bantuan dan simpati yang diberikan benar-benar disalurkan dengan sebaiknya tanpa pandang bulu.
“Mari kita singkirkan segala kepentingan dan perbedaan yang ada sehingga uluran tangan kita dapat menjangkau seluruh korban tanpa dihalangi pagar perbedaan. Saatnya kita bersatu dan beraksi, jangan hanya sekedar sok aksi,” Kata Erick G. Kawatu, SE Ketua BPC GMKI Manado melalui rilis yang dikirimkan kepada Beritamanado Rabu (29/01/2014).
Kawatu mengungkapkan keprihatinannya atas bencana yang menimpa Kota Manado dan oleh karenanya mengajak segenap elemen masyarakat untuk tidak berpolemik dan saling menyalahkan pemerintah.
Utamakan aksi dan empati bagi para korban – Erick G. Kawatu, SE Ketua BPC GMKI Manado
“Saya kira saat ini yang menjadi prioritas kita bersama adalah penanganan korban pasca bencana.Karena darih asil pantauan kami di lapangan selain permasalahan kebutuhan sandang pangan, para korban juga mulai diancam masalah kesehatan disamping trauma psikologis pascabencana. Untuk itu akan lebih bermanfaat apa bila kita mendahulukan empati ketimbang saling mengkritisi,” kata Kawatu.
GMKI Manado sendiri sampai saat ini telah mendistribusikan bantuan bencana hingga gelombang ke IV dan telah menyentuh 8 kecamatan yang terdampak bencana.
Trisno Mais, Ketua Tim Kerja GMKI peduli yang dihubungidi sela-sela kegiatan distribusi bantuan bencana yang digalang GMKI Manado pada hari Senin (27/01/2041) mengatakan bahwa GMKI Manado telah merancang rencana aksi penanggulangan dampak bencana kedalam tiga tahapan.
“Pertama adalah penanganan masalah sandang dan pangan yang telah direalisasikan dalam empat gelombang, kedua, kami akan berkonsentrasi pada rehabilitasi psikologis korban bencana, yang nantinya akan dituangkan kedalam program pemulihan spiritual. Ketiga, rehabilitasi sarana dan prasarana yang menjadi target utama untuk dipulihkan,” ujar Trisno.