
Manado – Salah satu peristiwa penting di Sulawesi Utara (Sulut) adalah perdamaian antara tentara Nasional Indonesia/angkatan darat (TNI-AD) dengan permesta dimana terjadi pertemuan antara panglima kodam XIII merdeka, brigjen Soenandar Pridjosoedarmo pada tanggal 4 April 1961.
Pada saat itu, kedua tokoh dari pihak yang berbeda menandatangani piagam perdamaian yang dikenal dengan sebutan Permesta Kembali Ke Pangkuan Ibu Pertiwi. Setelah penandatanganan tersebut, dilanjutkan dengan rangkaian acara yaitu; pada tanggal 12 Mei 1961 pimpinan tertinggi angkatan darat, jenderal A.H. Nasution, bertemu dengan tokoh besar Permesta, A.E. Kawilarang, di Tomohon.
Kemudian dilanjutkan pemeriksaan pasukan permesta oleh kepala staf angkatan darat/menteri keamanan Nasional (Kasad/Mkn), di Papakelan Tondano Minahasa. Setelah acara tersebut, sekitar 26.000 (dua puluh enam ribu) pasukan Permesta dengan sekitar 8.000 pucuk senjata dibawah pimpinan A.E. Kawilarang, D.J. Somba, Wim Tengaes, Lendi Tumbelaka, Abe Mantiri, dkk, secara resmi kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Proses perdamaian ini dilakukan melalui sepuh kali perundingan di berbagai tempat di Minahasa, dimana perundingan pertama dilakukan pada tanggal 15 Maret 1960 dengan lokasi rumah keluwarga Polii di Matungkas Minahasa Utara (sekarang rumah dari Bupati Minut, Drs. Sopie S.F. Singal, M.BA). Tokoh perundingan utama dari pihak TNI/AD adalah F.J ‘Broer’ Tumbelaka, yang kemudian menjadi Gubernur pertama Sulut.
Guna memperingati peristiwa penting tersebut, maka pada tanggal 12 Mei 2012 Forum Komunikasi Mahasiswa Minahasa (FKMM), bersama beberapa aktivitas pemuda Sulut melakukan pertemuan dengan tema ”We Care and We Share (Kami Pedu dan Kami Berbagi)”. Selain itu, FKMM berbagi kasih dengan para Oma dan Opa tunanetra yang berjualan kacang di seputaran Boulivard Samrad.
Perwakilan FKMM Stefani Runtukahu, mengatakan; Keprihatinan pada pemerintah provinsi, Kabupaten/Kota di Sulut karena banyak peristiwa penting dan heroik di Sulut ini seperti di lupakan. ”Kami Selaku generasi muda menghimbua kepada pemerintah daerah untuk menginventarisir peristiwa-peristiwa penting di Sulut guna diperingati,” ungkap Efan spaan akrab Stevani.(rd)