Likupang-Festival Seni Budaya Islam Minahasa Utara (Minut) yang dilaksanakan di Desa Likupang II Kecamatan Likupang Timur, 2-5 Desember 2016 berlangsung meriah.
Dalam kegiatan kali ini, turut dilombakan samrah dan hadroh oleh hampir 100 tim perwakilan masjid.
Ketua Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kabupaten Minut yang juga anggota DPRD Minut H Sarhan Antili, menjelaskan, ada banyak kesenian dan budaya Islam yang terkikis globalisasi.
“Adanya kegiatan ini turut melertarikan kembali budaya yang hampir punah. Islam Rahmatan Lil ‘Alamin. Semoga barokah,” ujar Antili kepada BeritaManado.com Minggu (4/12/2016).
Festival Seni dan Budaya Islam dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Minut bekerjasama dengan GP Ansor Minut, DKC Garda Bangsa Minut, PC IPNU Minut dan PRM Nurul Bilad Likupang II.
Kepala Disbudpar Minut Dra Femmy Pangkerego MPd ME mengatakan sangat mengapresiasi seluruh peserta yang telah memberikan tampilan terbaik guna melestarikan kebudayaan Islam.
“Rencana awal hanya sampai hari Minggu (4/12/2016), tapi karena peserta membludak akhirnya diputuskan kegiatan berlangsung sampai Senin (5/12/2016) besok,” timpal Pangkerego.
Hadroh adalah kesenian Islami yang sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad. Dimana dikisahkan saat nabi hijrah dari makkah ke madinah, nabi disambut gembira oleh orang-orang anshor dengan nyanyian/syair yang dikenal dengan sholawat “thola’al badru ‘alaina” dengan diiringi tabuhan terbang.
Makna hadroh dari segi bahasa diambil dari kalimat bahasa Arab yakni hadhoro atau yuhdhiru atau hadhron atau hadhrotan yang berarti kehadiran. Namun kebanyakan hadroh diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi rebana.
Sedangkan Samroh ini dapat dikatakan semacam vokal group yang menyanyikan lagu-lagu bernafaskan agama Islam. Kapan kesenian ini muncul tidak banyak diketahui orang. Pada pokoknya alat musik yang dipakai adalah rebana.(findamuhtar)