Manado, BeritaManado.com — Setelah PDI Perjuangan menetapkan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) menarik untuk dibahas oleh berbagi kalangan masyarakat.
Melihat antusias masyarakat Sulawesi Utara (Sulut) ramai dengan situasi politik tersebut, Dosen Ilmu Politik dan Kepemiluan Unsrat Ferry Daud Liando justru mengingatkan PDI Perjuangan.
Menurut Ferry, PDI Perjuangan masih harus kerja keras jika benar-benar akan memenangkan Ganjar Pranowo sebagai presiden.
“Pencalonan ganjar bukan tanpa hambatan dan perlu waktu panjang untuk meyakinkan semua kader PDI Perjuangan agar menerima Ganjar Pranowo sebagai calon presiden PDI Perjuangan,” ungkap Ferry Minggu, (23/4/2023) saat dihubungi BeritaManado.com.
Ferry mengungkapkan bahwa, dalam internal PDI Perjuangan belum tentu semua sudah menerima terutama bagi kader-kader yang bersimpati dengan trah Sukarno.
Kader-kader yang bersimpati dengan trah Sukarno menginginkan capres PDI Perjuangan adalah kader yang memiliki darah atau keturunan biologis presiden pertama itu.
“Sepertinya pertarungan internal PDI Perjuangan dimenangkan oleh kelompok idiologis nasionalis dengan tampilnya pak Ganajar,” timpal Ferry
Tak hanya itu saja, Dosen Ilmu Politik itu juga menyebut bahwa, Ganjar harus mencari cawapres yang bisa mendorong elektabilitansya.
PDI Perjuangan dikenal sebagai parpol beridiologi nasionalis dan sering di persepsikan berbeda idiologi dengan kekuatan politik yang memposisikan diri sebagai representasi agama tertentu sehingga, jika cawapres yang dipilih PDIP dan Ganjar juga berasal dari kelompok nasionalis, maka akan berbahaya bagi PDIP dan Ganjar.
“Paling tidak ini juga yang melatarbelakangi pak Jokowi mencalonkan Maruf Amin sebagai pendampingan pada Pilpres 2019 lalu,” ungkap Ferry.
Meski begitu, Ferry menyebut Ganjar juga akan dilema karena sebagain kader PDIP tidak akan all out mendukung gajar jika bukan Puan Maharani yang jadi cawapres.
“Sebab sebagian besar kader PDIP sesungguhnya tetap menginginkan Puan menjadi capres atau cawapres,” timpalnya lagi.
(Ersysep Dirangga)