Demam Berdarah Denque makan korban di Kota Manado (foto ist)
Manado – Sejumlah kalangan menuding, banyaknya kasus Demam Berdarah (DB) yang terjadi hingga menyebabkan 2 warga Kota Manado meninggal dunia, dampak dari keterlambatan pemerintah mengambil langkah antisipasi dan penanganan.
“Nanti so banyak warga penderita DB yang dirawat, baru Pemkot Manado turun tangan. Lia jo, sedangkan alat rusak. Mungkin saja karena tidak dipakai atau kurang perawatan,” ujar Terry Umboh, pemerhati Kota Manado.
Apriano Ade Saerang, ketua Komisi Kesejahteraan Rakyat (Komisi D) yang membidangi pendidikan dan kesehatan menegaskan, seharusnya pemerintah sedini mungkin melakukan sosialisasi dan pencegahan terhadap penyebaran penyakit mematikan ini.
“Saat ini bukan waktunya lagi sosialisasi. Harusnya langkah antisipasi sudah dilakukan jauh-jauh hari. Sosialisasi bagian dari pencegahan, tapi saat ini yang dibutuhkan warga yakni penanganan. Seluruh wilayah harus di fogging,” tegas Saerang.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Manado Robby Mottoh memastikan, saat ini pihaknya akan melakukan fogging diseluruh wilayah di Kota Manado.
“Sosialisasi terus digalakkan dan fogging sementara dilakukan. Pelaksanaannya ke seluruh wilayah pemukiman warga,” ujar Mottoh melalui layanan BBM.
Sementara itu, berdasarkan penjelasan kepala Dinkes Provinsi Sulut, dr Grace Punuh, jumlah penderita DB di Kota Manado mencapai 87 kasus.
“Untuk Kota Manado sudah terjadi 87 kasus. Dan 2 warga penderita DB meninggal dunia. Dan 1 warga lainnya berasal dari Kabupaten Sitaro. Jasi, untuk sudah 3 warga yang meninggal yang disebabkan penyakit DB di Sulut,” jelas dr Grace. (leriandokambey)