Manado – Eksistensi kemajemukan sebagai sebuah realitas dalam kehidupan bangsa Indonesia bergaung nyaring dari Kampus Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UINMMI) Malang. Universitas Islam Negeri Pertama di Indonesia yang terletak di Kota Malang Jawa Timur, tempat yang relatif jauh dari hingar bingar politik dan lebih dikenal sebagai salah satu Kota Perguruan Tinggi di Indonesia, pada Sabtu 14 Juli 2012 lalu telah menggelar Rapat Terbuka Senat Universitas dalam rangka Penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan (Doktor Honoris Causa) kepada Putra Terbaik Sulawesi Utara, Gubernur Dr. Sinyo Harry Sarundajang.
Gelar Doktor Honoris Causa di bidang Kepemimpinan Masyarakat Majemuk diberikan kepada Dr. Sinyo Harry Sarundajang yang oleh Civitas Akademika UINMMI Malang dan melalui Persetujuan Menteri Agama Republik Indonesia dipandang sebagai sosok pemimpin yang selama ini telah berhasil mengelola dan merawat kemajemukan dan keberagaman masyarakat. Prof. Dr. H.M. Amin Abdullah yang mewakili rekan-rekan Promotor lainnya yakni Prof. Dr. Franz Magnis Suseno, dan Prof. Dr. H. Muhaimin, MA dalam laporannya mengatakan bahwa Promovendus dipandang dan dinilai oleh Senat UINMMI patut menerima Gelar Doktor Kehormatan atas dasar pertimbangan akademik maupun dalam khikmadnya mengelola masyarakat majemuk dalam kepemimpinan yang diembannya.
Kehormatan ini dijawab tuntas oleh Gubernur Sulawesi Utara Dr. Sinyo Harry Sarundajang yang dengan brilian berhasil menyampaikan Pidato Ilmiah Pengukuhannya dihadapan Wakil Menteri Agama RI Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA, Rektor, Senat Universitas dan seluruh Civitas Akademika UINMMI Malang, Rektor Universitas Gajah Mada Jogjakarta Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc, Para Tokoh Agama, tokoh adat, tokoh masyarakat Para Rektor Universitas Negeri dan Swasta di Kota Malang.
Pidato Ilmiah yang berjudul Kepemimpinan Dalam Masyarakat Majemuk tersebut beberapa kali mendapatkan applaus dari hadirin. Dengan cerdas dan penuh inspirasi Sarundajang berhasil menawarkan model kepemimpinan yang ideal yang diperlukan oleh Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya yang majemuk.
Bobot akademik pidato yang ditunjang dengan pengalaman empirik seorang Sinyo Harry Sarundajang yang dua kali ditugaskan oleh Pemerintah RI untuk mendamaikan Daerah Konflik Maluku Utara tahun 1999 dan Maluku tahun 2002 serta memimpin Provinsi Sulawesi Utara selama hampir 10 tahun terakhir dengan aman dan damai.
Menurut Sarundajang, model kepemimpinan yang diperlukan oleh masyarakat majemuk seperti bangsa Indonesia bukan bersifat komando dan instruktif tetapi justru kepemimpinan yang bersifat melayani dan mengayomi dalam arti mau mendengar persoalan-persoalan masyarakat serta selalu didasari dengan hati yang bersih. Jika terbangun semangat saling percaya diantara para pemimpin formal dan pemimpin informal maka dengan sendirinya akan terjalin kerjasama yang sinergis dalam merawat dan mengelola keberagaman.
Melalui semangat saling percaya dan kerjasama demikian diharapkan berbagai fenomena konflik, tindak kekerasan, dan anarkisme atas nama identitas asal (agama, golongan, suku/etnik, ras, daerah) akan berkurang dengan sendirinya.
Rektor Universitas Gajah Mada Jogjakarta Prof . Dr. Pratikno, M.Soc.Sc yang didaulat menyampaikan sambutan mewakili Undangan mengatakan bahwa pemberian penghargaan ini bukan hanya ditujukan kepada Gubernur Sarundajang, Rakyat Sulawesi Utara, atau UIN Malang semata-mata tetapi Untuk Seluruh Bangsa Indonesia.
Hal tersebut juga diperkuat oleh Wakil Menteri Agama RI Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA yang dalam sambutannya mengatakan bahwa ini bukan promosi Sinyo Harry Sarundajang semata-mata tetapi promosi kebersamaan dalam keberagaman Indonesia. Wamen bahkan menambahkan bahwa Gelar kali ini “Mungkin” lebih prestisius dari Gelar Akademik Doktor yang telah disandang Sarundajang, karena substansi pemberian gelar yang menyentuh langsung eksistensi kebersamaan dalam kemajemukan Indonesia. (*)