Tomohon, BeritaManado.com – Denny Tewu, penerima Penghargaan Pemimpin Pancasila tahun 2010 hadir sebagai pemateri dalam Study Meeting Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia Provinsi Sulawesi Utara (GAMKI Sulut), yang merupakan rangkaian acara dari Konperensi Daerah GAMKI Sulut ke – X, Selasa kemarin (19/6/2018), di Rumah Retreat Wenas, Tomohon.
Denny Tewu mengatakan, bahwa sebagai pemimpin Kristen, hendaklah berbicara sesuai porsi, dan hendaknya mengingat bahwa rakyat sudah paham apa yang mereka inginkan
“Jadi niat yang menggebu-gebu dengan melanggar aturan bisa saja menjadi batu sandungan bagi kita sendiri maka bijaksanalah dan minta hikmat Tuhan,” ujar mantan Ketua Umum Partai Damai Sejahtera ini.
Dalam pemahaman Denny Tewu, dari abad-abad permulaan sebenarnya tidak bisa dipisahkan antara agama dan politik, hanya saja sebagai politisi perlu menyadari untuk tidak membenturkan nilai-nilai kebangsaan dengan menggunakan agama, sebab jika itu yang dilakukan sama saja menghalalkan kekuasaan dengan menyesatkan rakyat.
“Tapi sepanjang kita meluruskan nilai-nilai keagamaan sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan, maka tujuan politisi sudah benar, yakni mencerdaskan rakyat, dan bukan menyesatkannya,” tambah Denny Tewu yang juga mantan Ketua Umum Unit Pelayanan Kerohanian Kristen (UPK) Universitas Sam Ratulangi, Manado saat masih mahasiswa.
Denny Tewu pun menyebutkan sebuah motto yang dipegangnya, yakni : “Warga negara Indonesia dalam NKRI yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika, harus Pancasilais, karena seorang Pancasilais sudah pasti Agamis, tapi seorang Agamis belum tentu Pancasilais.”
“Pandangan Kristen yang mengatakan agama terpisah dari politik, di Indonesia, menurut Denny Tewu pula perlu disikapi secara bijak. Ia melihat agama Islam bisa sangat erat kaitan dengan kekuasaan karena mereka memahami ideologi Pancasila yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, sementara Kristen yang memandang terpisahnya antara agama dan politik tetap terpatok dengan nilai-nilai yang belum tentu sesuai dengan Pancasila, walaupun juga tidak bertentangan,” tandas Denny Tewu.
(Paul Moningka)