Bitung—Dana pelatihan raismaping atau pemetaan bagi anggota Siaga Bencana Berbasis Masyarakat (Sibat) di Kelurahan Mawali Kecamatan Lembeh Utara beberapa waktu lalu diduga dimark up. Buktinya menurut pengakuan salah satu peserta, Reinhard Mangaaronda, ia diminta untuk menandatangani uang honor dan makan kegiatan tersebut kendati tidak mengikuti kegiatan hingga habis.
“Kegiatan dilaksanakan selama 5 hari, yakni dari tanggal 29 Mei sampai 2 Juni. Tapi saya hanya ikut satu hari tapi diminta untuk menandatangani absen kehadiran selama lima hari kegiatan,” kata Mangaaronda, Kamis (20/6).
Ia mengaku lebih kaget ketika Koordinator lapangan kegiatan, Angraini Mewengkang membujuknya untuk membubukan tandatangan selama lima hari dengan iming-iming honor yang akan diberikan tiga hari yakni Rp350 ribu. Dimana satu hari tiap peserta mendapat honor Rp50 ribu ditambah uang makan Rp50 ribu. “Saya tetap menolak karena setahu saya kegiatan ini digelar Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Bitung yang mengedepankan rasa kemanusiaan, bukan organisasi politik yang penuh korupsi,” katanya.
Merasa praktek yang dilakoni panitian tidak benar, Mangaaronda kemudian mencoret namanya dari daftar hadir kegiatan dan menolak untuk menerima honor yang dijanjikan Mewengkang. “Saya sudah tua, buat apa saya makan uang haram yang jelas-jelas bukan hasil keringat saya. Dan saya sangat menyangkan praktek mark up seperti ini terjadi di tubuh organisasi mulia PMI,” katanya dengan nada kecewa.
Tak hanya itu, Mangaaronda juga mengaku melihat semua anggota Sibat di Kelurahan Mawali terdaftar mengikuti kegiatan tersebut hingga selesai. Padahal sepengetahuan dirinya, hanya sebagain anggota Sibat yang mengikuti kegiatan tersebut, itupuan tidak sampai selesai karena ada yang ikut satu hari, dua hari bahkan stenga hari kemudian pulang.(enk)