Remboken, BeritaManado.com — Hingga penghujung tahun 2020, produk kerajinan khas masyarakat Desa Pulutan yang dikenal dengan nama Cupa laris manis diburu para penjual bunga dari Kota Tomohon.
Seperti yang dirasakan Keluarga Tielung – Seroy yang telah menekuni profesi sebagai pengrajin gerabah tanah liat selama kurang labih 25 tahun.
Kepada BeritaManado.com, Jumat (1/1/2021), Stien Seroy mengatakan bahwa jumlah Cupa atau yang lebih dikenal dengan pot bunga tanah liat berukuran kecil ini laku terjual sekitar 10 ribu buah.
Untuk satu Cupa dihargai Rp 2.000 per buah, dimana jika dikalikan dengan 10.000, maka bisa dipastikan tidak kurang dari Rp 20.000.000 omset yang diperoleh pada akhir tahun 2020 ini.
“Kami kewalahan memenuhi pesanan langganan. Tidak menyangka jika di masa Pandemi COVID-19, orderannya bisa seperti saat ini. Diprediksi akan mengalami penurunan permintaan, namun ternyata diluar dugaan kenyataannya,” ungkap Stien Seroy.
Atas berkat Tuhan yang dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak terduga ini, keuntungan yang diperoleh langsung digunakan untuk memperbaiki lantai rumah dan tentu saja simpanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Perjuangan Stien dan suaminya sungguh mennjadi inspirasi, dimana seorang cucunya saat ini ternyata bisa melanjutkan pendidikan di Universitas Klabat Airmadidi, Minahasa Utara dan sekarang sudah berada pada jenjang Semester V Jurusan Akuntansi.
Bahkan menuurutnya, cucu keduanya yang sudah Kelas 3 SMA juga berencana untuk mengikuti jejak sang kakak kuliah di Universitas Kalabat.
“Saya sekeluarga sangat bersyukur, meskipun saat ini dunia sedang dilanda Pandemi COVID-19, Tuhan masih membukakan pintu rejeki bagi umatnya,” tandasnya.
(Frangki Wullur)