Penulis: Inggryani R.V. Ulaen
Dinginnya hembusan angin di pagi hari menemani seorang Ibu rumah tangga yang tekun menjalankan tanggungjawabnya. Ayam mulai berkokok, bunyi gesekan dari wajan mulai terdengar, dengan senyum yang indah ia mulai menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya dan juga suaminya.Semua makanan sudah teratur rapi di atas meja. Perlahan-lahan tangan yang lembut mulai menyentuh tubuh ketiga anaknya yang masih tertidur pulas dan membangunkan mereka, sahutnya: “Bangunlah anak-anakku jangan lupa berdoa, Mama tunggu kalian di meja makan waktunya untuk sarapan pagi karena tidak lama lagi kalian harus bersiap-siap ke sekolah”. Ketiga anak itu melakukan apa yang telah dikatakan oleh Mamanya. Sementara sarapan pagi, nasehat dari mulutnya mulai terdengar oleh ketiga anaknya, harapan dan kerinduan dari seorang Ibu untuk masa depan anak-anaknya sangat jelas diucapkan dan semuanya itu sangat didukung oleh suaminya. Meja makan telah menjadi saksi kehidupan keluarga harmonis yang sangat mendukung pendidikan serta masa depan anak-anaknya. Kebiasaan ini terjadi setiap harinya.
Ibu Deice Wowiling berusia 40 tahun yang biasa dipanggil Ibu Keke Istri dari Bapak Haryanto Mustafa, tinggal di Kelurahan Makalonsouw Kecamatan Tondano Timur, berprofesi sebagai Ibu rumah tangga sekaligus penjahit. Dalam Kehidupan yang sederhana Ibu Keke tidak pernah patah semangat membantu suami mencari nafkah, apalagi dalam mengurus segala keperluan sekolah anak-anaknya, bagi dia pendidikan untuk anak-anak itu sangat penting karena masa depan bangsa ada di tangan mereka. Perkembangan zaman sangat pesat, dunia semakin canggih.“Dimana-mana salah lihat semua orang memegang gadget, rupa-rupanya orang zaman sekarang sudah memiliki hobi yang baru, terlebih muda-mudi zaman now”, ujar Ibu Keke. Ini merupakan tantangan bagi dirinya sebagai orang tua yang ingin anak-anaknya berhasil dalam pendidikan dan tidak gampang terpengaruh dengan perkembangan teknologi yang menjerumuskan mereka pada hal-hal yang negatif.
“Elis kalau kamu suka berhasil jangan mudah terpengaruh dengan pergaulan yang negatif, apalagi Mama lihat anak-anak zaman sekarang semua tidak lagi fokus belajar, namun pada sibuk dengan gadget mereka, Mama tidak mau kamu jadi seperti mereka, Mama ingin kamu jadi anak yang rajin belajar dan tahu membantu orang tua agar masa depanmu indah”. Ujar Ibu Keke kepada anak tertuanya, yang sekarang ini akan lanjut kuliah di salah satu Universitas yang ada di Sulawesi Utara.
Upaya yang dilakukan oleh Ibu Keke agar anak-anaknya terhindar dari pengaruh negatif perkembangan teknologi yang ada, Ibu rumah tangga yang berusia 40 tahun ini membuat tatatertib dalam keluarga atau jadwal kegiatan bagi ketiga anaknya. Didalam jadwal itu sudah terdapat tugas masing-masing dari ketiga anaknya, ada waktu bekerja membantu orang tua, ada waktu belajar, ada waktu untuk beribadah dan ada waktu untuk bermain bahkan sesekali Ibu Keke mengijinkan anak-anaknya untuk menggunakan hp android, tapi dalam pengawasannya.Mulai dari bangun tidur sampai dengan tidur di malam hari aktivitasnya terisi penuh dengan hal-hal yang mendidik. Sehingga karakter ketiga anaknya benar-benar terbentuk. Kebiasaan ini secara terus-menerus diterpakan dan dalam pengawasan Ibu Keke bersama dengan suaminya.
“Bangun pagi, saya telah perbiasakan menyuruh Elis, Andre dan Ekhin untuk berdoa sebelum melakukan aktivitas, begitu juga dengan mengawali aktivitas mereka baik itu mau belajar, mau berkendaraan semuanya saya katakan kalian harus dahului itu dengan doa. Lewat cara demikian saya sebagai orang tua secara tidak langsung telah menanamkan pendidikan karakter bagi anak-anak saya, sebab dalam perkembangan zaman di era kekinian atau era digital ini karakter anak-anak mulai buruk. Saya pernah melihat kejadian yang ditunjukkan anak saya pada Facabooknya kalau ada anak-anak sekolah perempuan yang berkelahi menggunakan seragam. Sungguh sangat memalukan bahkan tidak lagi memiliki etika dan moral. Saya sadar kalau masalah ini adalah tugas daripada orang tua, karena waktu yang paling banyak dari anak-anak adalah di rumah. Jadi, kita sebagai orang tua harus berdoa kepada Tuhan untuk memberikan kita hikmat dan kebijaksanaan dalam mengurus bahkan mendidik anak-anak, jangan selalu kita masa bodoh dan egois menyerahkan anak-anak sepenuhnya kepada pihak sekolah sedangkan kita sibuk dengan pekerjaan kita, padahal kitalah yang paling dekat dan yang paling tahu pribadi anak-anak kita” Ujar Ibu Keke yang sementara menjahit pakaian orderan dari pelanggannya.
“Kalau pulang sekolah saya selalu memeriksa buku pelajaran anak-anak saya pada hari itu, kemudian jika saya temukan ada PR saya langsung menyuruh mereka untuk membuatnya setelah selesai ganti pakaian dan makan. Kalaupun tidak ada PR, maka saya menyuruh mereka untuk mengulangi pelajaran yang mereka dapatkan disekolah, walaupun Ekhin anak bungsu saya kadang-kadang mengeluh katanya: “Mama di sekolah belajar, di rumah belajar kapan mainnya ma”. Dengan seyum saya menjawab: “Nak, memang harus demikian, karena tugas anak-anak yang paling utama adalah belajar, jadi Ekhin tidak boleh malas belajar supaya cita-cita Ekhin tercapai”. Saya sering memotivasi anak-anak saya baik itu lewat candaan bahkan dengan kata-kata yang tegas. Apalagi masing-masing mereka sudah ada cita-cita yang sering mereka ungkapkan kepada saya dan suami saya”. Ujar Ibu Keke.
Baginya apa yang telah ia lakukan adalah sesuatu yang terbaik bagi anak-anaknya. Rasa cinta yang tulus dan murni bagi suami bahkan anak-anakya mampu menciptakan pemikiran yang bijak untuk masa depan keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Menjadi seorang Ibu rumah tangga yang bijak adalah hal yang tidak mudah, tetapi bagi Ibu Keke ini bukanlah tugas yang rumit. Karena hanya dengan memiliki hati yang murni dan bersih dapat memampukan kita untuk membawa kehidupan keluarga yang baik, sehingga berdampak pada masa depan kehidupan anak-anak kita.
(***/rds)