Manado, BeritaManado.com — Bagi kebanyakan orang Asia, beras merupakan makanan utama sehari-hari.
Dari beras diolah menjadi nasi untuk disantap.
Lain halnya dengan penduduk di Benua Eropa yang kebanyakan menggunakan gandum diolah menjadi makanan utama.
Di Tomohon, ada oma Sjane, seorang wanita yang kesehariannya makan nasi dari hasil olahan kebun sawahnya.
“Torang masih ja makan beras sendiri,” kata oma 65 tahun ini.
Disambangi BeritaManado.com, ia nampak sedang membawah makanan untuk orang yang bekerja di kebun sawahnya.
“Ini mo antar makanan pa orang kerja di kobong pece,” katanya.
Jika dilihat, hasil panen padi dari kebun sawahnya memang tidak lagi tergolong banyak.
Apalagi untuk mengolah kebun sawah diperlukan biaya membeli bibit, orang pekerja, biaya pupuk dan lainnya.
Luasan kebun sawah oma Sjane juga nampak pas-pasan.
Jika musim panen padi tiba, hasilnya digiling menjadi beras, dan disimpan untuk makanan pokok keluarga.
Ia berpendapat, jika hasil panen padi dijual, maka harus membeli beras lagi di pasar.
“Padahal kebun sawah kami menghasilkan beras, ya sama saja,” bebernya.
Oma Sjane memiliki empat cucu dan bahagia menceritakan bagaimana ia mengolah kebun padinya.
Lain halnya dengan Tommy, seorang petani yang juga aktif dengan kelompok tani di Tomohon.
Bagi Tommy, yang dilakukan oma Sjane merupakan upaya ketahanan pangan.
Sebab, kata dia, dunia saat ini sedang memasuki krisis pangan seperti terjadi di Eropa.
Ia memuji tindakan oma Sjane konsisten menjaga kebun sawahnya tetap berproduksi.
(Kontributor: Christy Manarisip)