
MANADO – Penurunan harga cengkih yang terjadi dalam satu bulan terakhir hingga mencapai 40 persen, merupakan dampak kebijakan pemerintah membolehkan impor cengkih dari beberapa negara.
“Sekarang ada impor cengkih, salah satu yang cukup besar dari India, ini berdampak harga dalam negeri mengalami penurunan,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut, Sanny Parengkuan di Manado, Senin.
Sanny mengatakan, impor cengkih tersebut, terpaksa dilakukan guna mempertahankan industri pabrik kecil yang terancam gulung tikar akibat kekurangan bahan baku cengkih.
“Harga cengkih dalam negeri yang sempat menyentuh Rp 210 ribu per kilogram (kg) membuat industri kecil kesulitan memperoleh bahan baku cengkih, karena itu ada impor,” kata Sanny.
Dalam kondisi saat ini, dimana tidak ada panen di daerah sentra, kata Sanny kebijakan tersebut bisa dibenarkan, namun diharapkan disaat daerah sentra terjadi panen, maka pemerintah harus membatasi impor cengkih.
Sulut merupakan salah satu daerah sentra di Indonesia, karena volume produksi di saat panen raya bisa mencapai 20 hingga 30 persen dari total panen nasional.
Terakhir, panen raya cengkih Sulut, kata Sanny terjadi pada tahun 2010 lalu, dengan volume berkisar 12 ribu hingga 15 ribu ton.
Cengkih menjadi komoditas unggulan masyarakat Sulut, karena lebih 100 ribu rumah tangga di daerah ini mempunyai lahan pertanian cengkih, dengan luas areal pertanaman beragam.(niel)