Manado — Sejumlah warga keturunan (baca: Tionghoa) disebut-sebut bakal maju ke pencalonan walikota Manado yang akan dihelat 2015 ini. Buat mereka, peneliti politik Max Sudirno Kaghoo meminta melakukan pola pendekatan parsial, untuk meraih popularitas.
“Perlu pola pendekatan parsial jika ingin memainkan isu primordial, ini mengingat Manado adalah kota yang sangat plural tapi konsentrasi penduduk berdasarkan etnik hanya tersebar pada kawasan tertentu saja,” terang lelaki berlatar akademisi ini, menjawab BeritaManado Selasa (06/01/2015) siang.
Dirno, sapaan akrabnya, memetakan kawasan pusat perkotaan merupakan area yang paling laris buat warga keturunan. Sementara dominasi etnik Minahasa cenderung di kawasan Selatan Manado dan tepian mencakup Malayang dan Mapanget.
“Sedangkan Tuminting dan Bunaken didominasi warga Nusa Utara yang secara budaya telah mengalami akulturasi lebih pada dengan warga keturunan sehingga memungkinkan diterima,” jelasnya.
Menyangkut figur Jemmy Asiku dan Andrei Angouw, yang dikabarkan bakal maju ke suksesi walikota Manado 2015, Dirno menilai sejauh keduanya masih kurang melakukan penetrasi dan terobosan-terobosan politik yang bersifat simultan.
“Keduanya masih menggunakan pendekatan berdasarkan momentum politik semata,” ujarnya.
Sedangkan gaya pendekatan lewat media sosial, aku Dirno segmentasinya pada kalangan menengah ke atas dan yang berusia muda.
“Upaya itu (lewat medsos) memang efektif hanya dalam kerangka mensosialisasikan hasil kerja mereka, bukan sekedar visi alias buah pemikiran. Itu sebabnya, tak sebanding dengan upaya pencitraan seperti yang dilakukan Ahok di Jakarta,” cetus Dirno yang juga konsultan politik ini. (Ady Putong)