Manado-Badan Pekerja Majelis Sinode (BPMS) GMIM jangan menumpuk persoalan hingga akhir periode. “Banyak kisruh yang terjadi dalam jemaat, antara lain disebabkan, tidak tuntasnya penanganan dari BPMS, dan tidak peka menyerap aspirasi jemaat,” ungkap Pnt. Hentje W Lumentut SH, anggota Komisi Pelayanan Remaja Sinode GMIM.
Hal ini diungkapkan Lumentut, menyikapi beragam persoalan pasca pemilihan Pelsus dan BIPRA aras jemaat dan wilayah yang tidak selesai penanganannya. Menurut mantan Ketua Kompelka Remaja GMIM Imanuel Bahu dua periode ini, imbas dari tidak tegasnya BPMS adalah antara lain kisruh yang terjadi di jemaat GMIM Kanaan Asabri dan jemaat lainnya.
“Gereja dan pelayan Tuhan seharusnya menjadi alat damai sejahtera, bukan justeru yang menjadi trouble maker,” tandas Lumentut yang kini dipercayakan sebagai Pelsus kolom di GMIM Imanuel Bahu.
Seharusnya, kata Lumentut, pemimpin rohani menjadi teladan dalam perkataan, konsep berpikir dan perbuatan. “Tanpa bicara banyakpun seorang pelayan Tuhan pasti didengar, asalkan sikapnya memberi teladan,” tandas Lumentut.
Jadi ditambahkannya, belajar dari peristiwa yang belakangan terjadi, maka BPMS harus tegas, peka dan bertindak dengan kasih tanpa pandang bulu. Jadi jika memang ada pelanggaran Tata GMIM 2007 maka aturannya mutlak diterapkan. “Siapapun dia, pendeta, GA, syamas, penatua, panitia pemilihan jika melanggar, jangan segan-segan ditindak,” ketus Lumentut sembari menambahkan, jika memang perlu adanya mutasi maka hal itu harus segera dilakukan.