Bitung – Sikap BKSDA Sulut menggunakan aparat polisi untuk mengusir warga dari kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Batuputih mendapat kecaman. Pasalnya, tindakan tersebut dinilai tak menyelesaikan persoalan dan hanya menimbulkan masalah baru dilapangan karena BKSDA mengadu aparat kepolisian dengan warga Batuputih.
“Cara yang ditempuh BKSDA hanya akan menimbulkan korban jiwa dan syukur insiden hari Selasa (28/1/2014) pagi tidak sampai ada korban jiwa kendati aparat dan warga sempat bentrok,” kata LSM Lembeh Bersatu, Muzaqir Boven, Rabu (29/1/2014).
Menurut Boven, BKSDA Sulut terlalu arogan dan menggunakan cara-cara Orde Baru dalam menyelesaikan masalah. “Gaya BKSDA Sulut sangat mirip dengan gaya Orde Baru menyelesaikan masalah dengan cara menggunakan aparat,” katanya.
Harusnya, kata Boven, BKSDA Sulut mau mendengar apa yang diinginkan warga bukan malah sebaliknya semena-mena dan mau berbuat apa saja di kawasan TWA Batuputih. “BKSDA harus menghormati warga Batuputih yang notabene telah dulu ada sebelum kawasan itu dijadikan TWA, bukan malah seenaknya melakukan aktivitas tanpa permisi kepada warga,” katanya.
Boven juga mengatakan, penolakan warga Batuputih terhadap proyek pembangunan jalan wisata dan patroli di kawasan TWA harusnya didukung BKSDA. Karena warga merasa prihatin dengan cara kontraktor yang mengorbankan puluhan pohon untuk pembangunan jalan menggunakan alat berat dan mengancam habitat satwa.
“Harusnya warga Batuputih itu diberi apresiasi karena telah turuntemurun menjaga kelestarian hutan dan satwa, bukan malah dianggap hama oleh BKSDA hanya karena kepentingan proyek,” katanya.(abinenobm)