Liputan:
Agust Hari-Yogyakarta
Yogyakarta – Mantan istri almarhum Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin, Ny Marsiyem, dipertemukan dengan Dwi Sumaji alias Iwik dalam talkshow Festival Media (Fesmed) 2013 di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, kompleks UGM, Sabtu (28/9). Iwik adalah laki-laki yang pernah diseret oleh polisi sebagai tersangka pembunuh Udin, tetapi kemudian dibebaskan Pengadilan Negeri Bantul karena tidak terbukti.
Menurut Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Hendrawan, hingga saat ini kasus dibunuhnya Fuad Muhammad Syafruddin alias Udin masih menyisakan pertanyaan besar tentang pelaku pembunuhan. “Polri tampak tidak serius menangani kasus ini dan tidak ada tanda-tanda jelas untuk menyelesaikannya,” tegasnya.
Fesmed 2013 yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bersama AJI Yogyakarta merupakan rangkaian ulang tahun AJI ke-19. Kali ini adalah penyelenggaraan ke-2, setelah yang pertama tahun lalu (2012) di Bandung. Fesmed kedua berlangsung dua hari, Sabtu dan Minggu (28 dan 29/9), akan dibuka Gubernur DIY yang juga Raja Kasultanan Ngayogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Udin dipukul orang tak dikenal di rumahnya Jalan Parangtritis KM 13 Bantul, Yogyakarta, pada 13 Agustus 1996. Sejak itu ia tidak sadarkan diri hingga meninggal dunia pada 16 Agustus 1996. Pria bertubuh tinggi besar tersebut dimakamkan pada 17 Agustus 1996, tepat saat bangsa Indonesia memperingati ulang tahun kemerdekaan RI ke-52.
Polisi pernah memperkirakan penyebab peristiwa tersebut adalah berita kritis yang selalu ditulis Udin di koran tempatnya bekerja, yaitu Harian Bernas. Tetapi dalam perkembangannya berbelok menjadi persoalan perselingkuhan. Menurut polisi Iwik cemburu kepada Udin yang menjalin hubungan gelap dengan istrinya, Ny Sunarti.
Selain dua perempuan penting dalam kasus ini, talkshow juga akan menghadirkan Heru Prasetya, salah satu bagian Tim Investigasi Kijang Putih. “Harapan kami, ketiganya akan buka-bukaan untuk mengungkap kasus ini,” kata Hendrawan.
Tidak tuntasnya pengungkapkan kasus Udin menjadi indikasi praktik impunitas oleh negara masih terjadi di negara demokratis. Tragedi ini tak hanya menjadi ancaman bagi kebebasan pers tapi juga kebebasan masyarakat untuk mendapat informasi yang benar.
“Bagaimana mungkin jurnalis dapat bebas bekerja mengabarkan kebenaran, bila praktik kekerasan terhadap profesi ini dianggap bukan masalah serius?” tegasnya.
Selain talkshow, rangkaian acara Fesmed 2013 antara lain pameran, workshop, lomba, pemutaran film, hiburan, dan diskusi. Agenda workshop adalah bisnis melalui media online, pembuatan film pendek, trik menjadi presenter televise, jurnalisme video, jurnalisme warga dan blogger beretika, penulisan kreatif, dan penulisan traveling.
Beberapa lomba diadakan untuk tingkat pelajar, mahasiswa, maupun umum. Lomba tersebut adalah standup comedy, pembuatan blog, pers mahasiswa, fotografi, dan stand AJI kota se Indonesia. “Untuk film yang sudah disiapkan adalah Di Balik Frekuensi, dokumenter, Negeri di Atas Kabut, dan tentang kebebasan pers,” jelas Hendrawan.
Semua area di PKKH dibuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Kawasan tersebut dibagi dalam empat hall, yaitu Hall Udin, Hall Tirto Adi Suryo, Hall Mochtar Lubis, dan Hall SK Trimurti. “Seperti namanya, maka hall-hall diberi nama tokoh yang terkait dengan sejarah perkembangan pers tanah air,” katanya. (**)