
Manado – Ketika pulau kita di ambil Malaysia, TKW kita di siksa Malaysia, Budaya kita di klaim Malaysia, Lagu kebangsaan kita jadi hinaan di Malaysia, Aparat kita di pukuli Malaysia, Kapal AL kita di tabrak Malaysia, kenapa TNI tidak pernah di turunkan walaupun misalnya sekedar Show Of Force dengan Apel Siaga.
Tetapi ketika BBM mau di naikan dan Rakyat menolak dengan berbagai Demonstrasi, tiba-tiba TNI diturunkan dalam jumlah puluhan Ribu dengan senjata lengkap dan berbaju Loreng sebagai ciri khas TNI ketika bertempur.
Ada apa ini? Apakah TNI takut pada Malaysia dan hanya berani berhadapan dengan Rakyat Indonesia yang membiayai TNI melalui pajak nya atau mungkin ada sebab lain seperti kepemilikan saham para Jenderal TNI di berbagai perusahaan yang terkait dengan BBM, entah saham di perusahaan minyak, pemilik SPBU, distributor BBM atau dan sebagainya.
Hari-hari ini ketika truk-truk penuh Tentara lalu lalang di jalanan maka luka lama tentang kasus-kasus penculikan aktivis, penghilangan, penembakan, teror, intimidasi serta berbagai pelanggaran HAM yang dulu dilakukan saat Dwi Fungsi ABRI mulai terkuak kembali dalam ingatan para Aktivis bahkan seluruh Rakyat Indonesia.
Jika diberi kesempatan untuk menjawab jujur para Prajurit TNI (juga Polisi) itu tentu akan menjawab “TIDAK!” Ketika ditanya apakah setuju dengan kenaikan BBM. Jawaban itu bisa dipastikan karena tanpa kenaikan BBM pun hidup para prajurit dan keluarganya tidak jauh dari hutang kiri kanan karena gaji yang tidak cukup menghidupi keluarga.
Lalu kenapa mereka berhadapan dengan Demonstran yang sedang berjuang menyelamatkan keluarga prajurit TNI, menyelamatkan Sekolah anak2 prajurit TNI? Tentu jawabannya adalah “ini Perintah!” Perintah siapa? Perintah pengusaha minyak atau Perintah Sapta Marga untuk melindungi Negara dan Rakyat? Mari jawab dengan hati nurani bukan dengan seragam. (Benny Rhamdani)
BENNY RHAMDANI
(Aktivis 98)