Bitung – Harga kebutuhan sehari-hari telah mengikuti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun rupanya kenaikan harga BBM ini tak berlaku di dunia perikanan Kota Bitung.
Buktinya dari pangakuan salah satu pengusaha ikan, Reky Whantouw, semenjak kenaikan harga BBM harga ikan malah anjlok. Padahal semua kebutuhan dan biaya operasional sudah mengikuti kenaikan harga BBM.
“Harga ikan tuna saat ini tetap Rp38 ribu sampai Rp40 ribu per kilo semenjak harga BBM naik,” kata Whantouw, Jumat (12/7).
Padahal menurut anggota Himpunan Pengusaha Kecil dan Nelayan (Hipken) Kota Bitung ini, sebelum harga BBM naik harga ikan tuna mencapai Rp68 ribu sampai Rp70 ribu per kilo. “Bagaimana kami bisa bertahan jika semua harga naik sedangkan harga jual ikan malah anjlok,” katanya.
Ia sendiri menduga, anjolknya harga ikan tuna ini dikarenakan permainan harga dari pabrik ikan. Karena dari logika, menurutnya, semua harga naik tapi pabrik tetap membeli ikan ke nelayan kecil dengan harga rendah yakni Rp38 ribu hingga Rp40 ribu per kilo.
“Pemerintah harusnya tidak tutup mata dengan persoalan ini, karena saat ini hanya para pengusaha besar yang bisa bertahan jika kondisinya tetap begini,” katanya.
Tak hanya itu, menurut Whantouw, sejumlah pengusaha nelayan kecil mulai menjual perahu hanya karena harga ikan yang terus anjlok. Mengingat biaya operasional tidak sebanding dengan harga jual ikan.
“Solar saja Rp5500 per liter di SPBN, di pengecer Rp7500 sampai Rp8 ribu per liter. Sedangkan kuoata BBM di SPBN terbatas jadi otomatis mau tidak mau harus membeli BBM di pengecer,” katanya.(enk)