Manado – Banjir dan longsor yang akhir-akhir ini terjadi di Kota Manado, selain kondisi alam, juga karena kelalaian masyarakat Kota Manado juga. Hal ini di utarakan oleh akademisi Fakultas Teknik Unsrat Manado, Dr Ir Veronica Kumurur, MSi.
“Banjir di Kota Manado, tak lepas dari keberadaan Kota Manado itu sendiri. Dilihat dari kondisi topografi Kota Manado yang berada di dataran rendah Dan berada di pesisir pantai, pastilah mengalami banjir rob (peningkatan muka air laut),” kata Veronica kepada beritamanado.
Lebih lanjut diutarakannya “Jika dilihat dari lokasi Kota yabg berada di hilir DAS Tondano, pastilah akan mendapatkan kiriman air bah, jika area hulu DAS tak lagi memiliki pohon (gundul). Begitulah kondisi kota ini,” terang Veronica.
Menurutnya bahwa semestinya penyelenggaraan kota ini memahami karakteristik kota ini, baik posisi (lokasi) maupun kondisi alam Kota ini.
“Kota Manado tidak banyak memiliki lahan Rata, berdasarkan data RTRW Kota Manado 2010-2030, dari total luas wilayah 1.712.60 Ha, luas kawasan efektif yang berpotensi untuk dikembangkan adalah 6.061.61 Ha atau sekitar 32,39 % dari total luas Kota manado. Artinya lahan Efektif, dimana tidak terdapat lahan kritik (kemiringan kurang lebih 4-5 derajat,” jelas Veronica kepada beritamanado.
Maka saranya kedepan untuk Kota Manado ini yang pertama perlu adanya kesadaran masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat mengakibatkan bencana.
“Saya rasa kedepannya pemerintah harus bersinergi dengan masyarakat untuk membangun kesadaran bersama dalam hal menjaga keberlangsungan lingkungan di Kota Manado ini, terlebih Pemerintah harus lebih lagi memahami karakteristik Kota Manado ini agar benar-benar memahami mau dibawah kemana pembangunan Kota Manado ini,” kritik Veronica.(jkf)