Bitung, BeritaManado.com – Bicara olahraga catur di Kota Bitung tidak lepas dari sosok Lili Taha.
Pria berusia 63 tahun ini memang dari tahun 80an hingga sekarang masih dikenal dan setia sebagi salah satu atlit catur Kota Bitung.
Nama Lili sendiri cukup disegani di kancah olahraga catur di Sulut hingga Gorontalo karena beberapakali menjadi juara catur membawa nama Kota Bitung.
Berwal dari Festival Kesenian Olahraga dan Pramuka (Feskop) tahun 80an, Lili mengawali karirnya sebagai atlit catur.
Ketika itu, Lili masih duduk di bangku SMP dan menjadi salah satu peserta membawa nama Kota Bitung.
“Waktu itu, kami juara beregu dan saya mulai serius menggeluti olahraga catur,” kata Lili, Jumat (27/11/2020).
Setelah mendapat juara di Feskop, Lili sempat kebingungan karena di tahun itu olahraga catur belum terlalu dilirik selain hanya untuk fun mengisi waktu lowong.
Iapun memutuskan keluar daerah mengikuti iven-iven catur untuk mengasah kemampuannya di olahraga otak itu.
Sekitar tahun 2000an, ia kemudian kembali ke Kota Bitung yang bertepatan dengan kejuraan catur di Kabupaten Minaha.
“Kami Juara I beregu di Minahasa dan disitulah cikal bakal nama Kota Bitung mulai diperhitungkan di catur,” katanya.
Setelah kejuraan itu, warga Empang Kelurahan Bitung Timur Kecamatan Maesa ikut bergabung dengan Persatuan Catur Suluruh Indonesia (Percasi) Kota Bitung dan kembali juara di Kejuraan Catur Indonesia Timur.
“Kami keluar sebagai juara II dan hanya kalah poin dari jaura I,” katanya.
Kini Lili mengelola Rumah Kopi Kharisma di Jalan Sam Ratulangi Kota Bitung dengan konsep tak jauh-jauh dari olahraga catur.
Itu terlihat dari beberapa meja yang disulap menjadi papan catur, sehingga pengunjung yang ingin bermain catur sambil ngopi bisa dilakukan.
Bahkan, Lili selalu siap mendapingi pengunjung yang ingin belajar catur secara cuma-cuma, karena menurutnya catur masih perlu diperkenalkan untuk menciptakan regenerasi.
“Kuncinya adalah iven, makin sering iven digelar maka makin banyak atlit yang bisa kita hasilkan,” katanya.
(abinenobm)