
Manado – Dunia olahraga Sulawesi Utara berada di ujung tanduk. Betapa tidak, para atlet dari cabang olahraga yang lolos Pekan Olahraga Nasional (PON) mengancam akan mengundurkan diri dari PON Pekan Baru, Riau tahun 2012 ini. Ketiadaan anggaran menjadi alasan penguduran diri.
“Kami menilai tak ada niat baik dari pemerintah dan DPRD untuk memajukan prestasi olahraga. Bagaimana kami akan berjuang di PON kalau dana saja tidak ada,” tutur Franky Kowaas, pengurus KONI Sulut saat hearing bersama DPRD Sulut, Rabu (20/6) tadi.
Franky didampingi Notje Apituley, Juddy Lintjewas, Tonny Kulit dan beberapa pengurus KONI lainnya mengatakan, keikutsertaan atlet ke PON merupakan perintah undang-undang yang wajib didukung pihak eksekutif dan legislatif yang diimplementasikan dengan kebijakan anggaran olahraga.
“Jadi, ini bukan kemauan kami, tapi perintah undang-undang. Perjuangan untuk memperoleh medali di PON untuk mengangkat harkat dan martabat rakyat Sulut,” tukas Juddy Lintjewas.
Pemerintah provinsi melalui Kadispora Steven Liow menampik pernyataan KONI Sulut bahwa pemerintah tidak memperhatikan atlet. “Pemprov tetap berkomitmen meningkatkan prestasi olahraga, jadi tidak benar jika dikatakan kami tidak konsen,” ujar Liow.
Sementara anggota DPRD Sulut Benny Rhamdani mendesak pihak terkait secepatnya melakukan langkah-langkah penyelamatan untuk keikutsertaan atlet Sulut di PON XVIII Pekan Baru, Riau. Banggar DPRD juga didesak menyetujui dana Rp 7,1 miliar yang dibutuhkan KONI Sulut dalam pembahasan pergeseran anggaran.
“Ini kondisi darurat sehingga saya akan mendesak teman-teman saya yang duduk di badan anggaran untuk secepatnya melakukan pembahasan pergeseran anggaran. Usul 7,1 miliar ini wajib diprioritaskan,” ujar Rhamdani. (jerry)