Kolongan – Tim Pokja Infokom Komisi P/KB Sinode GMIM mengadakan pelatihan jurnalistik sekaligus memperkenalkan pengoperasioanl website P/KB GMIM bagi para P/KB GMIM se Rayon Minahasa Utara, Jumat (28/11/2014) siang.
Aswin Lumintang satu diantara pimpinan media cetak TribunManado, memberikan materi pengembangan online, khususnya dalam pengelolaan website pkb-gmim.com dimana P/KB awalnya harus memiliki e-mail untuk fungsi pengiriman data berita ke admin.
“Media sekarang dikatakan multimedia. Media cetak sebenarnya sudah terlambat, hari ini kejadiannya kita baca besok,” kata Lumintang di kegiatan Lokakarya Jurnalistik itu.
Diharapnya, media online P/KB GMIM bisa menjadi media online yang terkenal yang bisa menjual. Kuncinya di media online, visitor atau jumlah pengunjungnya banyak, sebab web banyak pengunjung, nilainya semakin mahal.
“Detikcom dibeli Chairul Tanjung Rp 500 miliar. Padahal bikin web kelas googole cuma Rp 5 juta. Tapi kenapa dia jadi mahal, karna pengunjung sudah banyak,” kata Lumintang.
Menurutnya, berita online memerlukan kecepatan berita kemudian keakuratan berita. Untuk memperkenalkan media online P/KB GMIM, Lumintang mengajak P/KB untuk share berita di akun sosial mereka seperti facebook.
“Bagaimana supya website ini maju? Harus banyak dibuka, bapak-bapak GMIM dulu yang buka. Kan ada konten berita, kalo tak ada berita baru, orang malas buka, maka bisa ditingal website kita karena kurang berita,” jelas Lumintang
Uniknya, Lumintang mengakui media online lebih banyak dibaca dibanding koran. Untuk skala nasional, dicontohkannya media kompas.com yang rata-ratanya per hari 4,3 juta pengunjung. Tribunnews rata-rata 2,1 sampai 2,3 juta pengunjung per harinya.
“Kelas lokal, kelas pembaca di koran torang boleh baku tipu, torang baku tau jumlahnya eksemplar per hari. Beda dengan online, karena online dihitung Google,” tegas Lumintang.
Dikatakan juga oleh Lumintang dalam kegiatan Lokakarya Jurnalistik itu, agar P/KB GMIM se Rayon Minahasa Utara untuk manfaatkan pelatihan tersebut, walau cuma sehari tapi bisa bermanfaat dan dikembangkan.
“Anak-anak muda, dulu dorang mungkin merasa bangga ketika memegang koran, kalo skarang pegang koran so gengsi, karna so pake smartphone, baku lawang canggih le,” tandas Lumintang. (robintanauma)