Manado, BeritaManado.com — Agustiono Salindeho atau yang akrab disapa Andre Tio, punya banyak cerita sebelum akhirnya memantapkan diri menjadi petani.
Andre yang kelahiran Manado, 15 Agustus 1989 ini telah melalui berbagai jenis pekerjaan sebelum akhirnya memilih petani sebagai profesinya.
Bukan pilihan yang mudah sebenarnya bagi Andre untuk menjadi petani karena dirinya tidak memiliki warisan berupa tanah atau dalam kondisi mampu membeli tanah untuk dijadikan lahan bertani.
Andre juga tidak memiliki dasar ilmu pertanian atau pengalaman mumpuni dalam bidang tani untuk dijadikan modal dalam merintis usaha.
Namun semangat yang dimilikinya berhasil mengalahkan tantangan tersebut.
Memanfaatkan pekarangan rumah menjadi pilihan awal bagi Andre untuk mulai bertani.
Ilmu yang didapat secara otodidak pun mulai dipraktekkan hingga sejumlah kegagalan ditemui.
Kegagalan yang dirasakannya pun dijadikan pengalaman bahwa tidak semua teori bisa dipraktekkan dan akhirnya Andre belajar dari pengalaman dan mulai memantapkan ilmunya.
Usaha Andre berlanjut hingga ke daerah Kelurahan Paniki yang dikelola bersama teman-teman sekolahnya, dari mengumpulkan modal, membuka lahan, dan bertani.
Namun karena kesibukan masing-masing, Andre menjadi satu-satunya yang bertahan untuk bertani.
Tidak berhenti sampai di situ, Andre kemudian memulai kembali pembukaan lahan baru di Kelurahan Meras, Kecamatan Bunaken bersama satu temannya.
Sambil tetap mengembangkan ratusan pohon tanaman cabe di sekitar rumahnya, Andre dan temannya pun merintis kebun cabe yang kini sudah mulai bertumbuh, sedangkan sebagian lahan sudah akan memasuki masa tanam.
Kepada BeritaManado.com, Andre mengatakan, yang susah adalah menetapkan hati untuk tekun dan sabar karena sebelum bisa menanam ada banyak proses yang harus dilalui.
“Mempersiapkan lahan untuk siap ditanam itu yang butuh waktu dan tenaga untuk kerja keras. Kalau menyerah diproses itu maka tidak akan bisa sampai di masa menanam,” ujar Andre, Senin (29/7/2024).
Hasil ketekunan dan kesabaranya berbuah manis, cabe hasil tani Andre kini telah merambah pasar Ternate dengan langganan yang rutin memesan.
Keputusan Andre untuk berhenti dari pekerjaan di bank dan menolak tawaran kerja demi jadi petani pun terbayarkan, di mana dirinya dan keluarga boleh merasakan hasil yang baik tanpa harus mengorbankan waktu bersama dengan keluarga.
“Saya bisa mengantar anak-anak dulu ke sekolah, baru datang ke kebun. Pulang dari kebun jadi punya waktu bersama keluarga. Dengan kebutuhan keluarga yang terpenuhi, itu sudah jauh dari cukup,” kata Andre.
Tidak Menyesal Jadi Petani
Setelah bertahun-tahun jadi budak korporat yang harus bekerja sejak pagi sampai sore bahkan malam hari, bisa memiliki waktu berkualitas dengan keluarga tanpa beban panggilan tugas kantor mendadak menjadi hal yang sangat disyukuri Andre.
Andre mengaku, dengan menjadi petani barulah dirinya bisa menyeimbangkan waktu antara keluarga dan kerja dengan baik, bahkan meski sedang bekerja, dirinya tetap bisa bersama keluarga.
“Istri maupun anak-anak senang membantu saya, apalagi anak-anak. Jadi bisa bebas bermain di kebun, saya yakin juga jadi momen berharga bagi mereka, seperti saya kecil dulu,” kata Andre.
Selain itu, jika dijalankan dengan tepat, menjadi petani ternyata mampu memberi penghasilan yang cukup bahkan lebih dari yang dipikirkan sebelumnya.
Itu sebabnya, Andre tidak menyesal justru bangga karena berani mengambil keputusan untuk menjadi petani saat usianya masih muda, punya tanggung jawab istri dan anak-anak.
Lulusan Administrasi Negara
Agustiono Salindeho sama sekali tidak memiliki latar belakang pendidikan pertanian atau sejenisnya.
Anak ke-3 dari 4 bersaudara ini merupakan lulusan Fakultas Sosial Politik Ilmu Administrasi Negara di Universitas Teknologi Sulawesi Utara (UTSU) dan lulus pada 2012 lalu.
Dirinya bahkan pernah menjadi dosen di almamaternya tersebut pada tahun 2012 sampai dengan 2014 sebelum akhirnya berkarir di tempat lain.
Pernah Jadi Dosen hingga Karyawan Bank
Andre juga merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan semasa kuliah.
Sebelum mantap menjadi petani, pada 2012 Andre pernah bekerja di PT Huawei Indonesia, 2012-2014 sebagai dosen di UTSU, 2015 bekerja di Timika, 2016-2022 bekerja di bank luar negeri yaitu ANZ dan DBS.
Lalu pada 2020, sambil memanfaatkan waktu luang, Andre mulai bertani hingga pada 2022, dirinya mantap memilih petani sebagai profesinya.
Kini, Andre juga menjabat sebagai Ketua Kelompok Tani Millenial di Kelurahan Pandu Lingkungan 3.
Namun menariknya, waktu kecil, Andre pernah bercita-cita ingin menjadi PNS.
Petani Milenial yang Melek Digital
Andre juga merupakan petani yang memanfaatkan digitalisasi dalam menjalankan bisnis, terutama media sosial seperti YouTube dan TikTok.
Akun YouTube-nya dengan nama PETANI MILENIAL KOTA MANADO telah memiliki hampir 4 ribu subscriber, sementara akun TikTok telah disukai sebanyak 51.100 dan memiliki 6.249 pengikut.
Dalam dua akun tersebut, Andre tidak hanya membagikan kegiatannya sebagai petani tapi juga memberi edukasi seputar cara menanam cabe dan tanaman lainnya.
Lewat keaktifannya di media sosial, Andre berhasil membuka jaringan ke berbagai daerah bahkan mendapat pelanggan dari luar Pulau Sulawesi.
Keluarga Jadi Motivasi Terbesar
Anak dari pasangan Noldy Salindeho dan Rostince Mangapeng ini menghabiskan masa kecil, remaja dan dewasanya di Kelurahan Mahawu, Kota Manado.
Ibu dan ayah pun dikatakan Andre menjadi orang yang paling mempengaruhi karakternya, terutama karena nilai hidup yang ditanamkan sejak kecil yaitu, hidup mandiri dan kerja keras mengejar cita-cita sebagai target dalam hidup.
“Orang tua juga selalu mengingatkan untuk mengandalkan Tuhan dalam segala sesuatu dan harus hidup dengan rendah hati,” kata Andre.
Bersama istri Sandra Takahindangen, Andre kemudian meneruskan hal-hal baik itu kepada 2 orang anaknya, Andra dan Amora.
Menjadi Berkat Bagi Sesama
Target jangka panjang dalam hidup Andre tidaklah rumit, yaitu membuat komunitas pertanian MJB (Musti Jadi Berkat) yang sesuai namanya bisa menjadi berkat bagi sesama dalam bidang pertanian.
Hal itu sejalan dengan filosofi hidupnya yaitu menjadi berkat bagi sesama akan membuat anda bahagia.
“Intinya harus jadi berkat. Lagian apa yang dicari di dunia, harta tidak bisa dibawa mati. makanya mari jadi berkat,” pungkas Andre.
Dukungan Pemerintah dan Bank Indonesia
Salah satu faktor yang mendorong kesuksesan Andre dalam bertani cabai dan yang lainnya adalah dukungan dari Pemerintah Kota Manado melalui Dinas Pertanian, Kelautan dan Perikanan Kota Manado serta Bank Indonesia dan jajaran perbankan lainnya.
Diketahui bersama, cabai atau cabe rawit yang dalam bahasa Manado disebut rica bukanlah komoditas yang bisa dianggap sebelah mata.
Kecil-kecil cabe rawit disebut bukan tanpa alasan.
Bagi Kota Manado sendiri, komoditas rica menjadi salah satu yang paling diwaspadai ketersediaannya selain komoditas pendorong inflasi lainnya yaitu bawang dan tomat.
Kelompok makanan yang sering disebut barito (bawang rica tomat) ini merupakan faktor pendorong inflasi nomor 1 di Manado.
Demi mengendalikan laju inflasi, baik pemerintah bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) hingga Bank Indonesia dan jajaran turun tangan.
Sejak beberapa tahun belakangan, gerakan Mari Jo Bakobong menjadi kampanye di Sulawesi Utara dengan maksud memanfaatkan lahan tidur untuk dijadikan lahan tanam barito demi memastikan ketersediaan yang cukup di masyarakat.
Masyarakat sendiri diharapkan turut menanam barito di rumah, bisa menggunakan polyback atau gaya baru urban farming dengan memanfaatkan hidroponyc.
Tidak hanya sekadar kampanye Mari jo bakobong, bagi masyarakat yang dengan serius menjalankan program ini, mendapat perhatian dari banyak pihak sebagai bentuk dukungan yang nyata.
Dinas Pertanian, Kelautan dan Peternakan Kota Manado misalnya yang sejak awal memberi dukungan penuh seperti membantu penyediaan lahan lewat proses perataan dan penggemburan tanah, bantuan mendapatkan air dan lainnya.
Tanpa bantuan seperti itu, maka akan sulit membangun lahan di pinggiran Kota Manado seperti Meras.
Upaya tersebut pun selaras dengan yang selama ini diperjuangan oleh Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
Sinergitas yang terus diusahakan, baik dengan pemerintah, stakeholders dan petani itu sendiri.
Selain memberi edukasi dari berbagai sisi, Bank Indonesia juga turut serta membantu lewat penyediaan bibit rica dan bantuan alat serta mesin pertanian kepada petani di Manado, termasuk Andre didalamnya.
Kepala Bank Indonesia Sulawesi Utara Andry Prasmuko mengatakan, sinergitas dan kolaborasi diperlukan agar kendala-kendala terkait inflasi dapat teratasi dengan baik, sehingga selain inflasi terjaga, masyarakat juga sejahtera.
“Selain bantuan yang rutin seperti ini, pentingnya pendampingan juga tidak boleh terlupakan agar petani dapat panen dengan maksimal, inflasi terkendali,” kata Andry.
Selain Andre, ada ribuan petani dan kelompok tani lainnya yang mendapat bantuan dari Bank Indonesia dengan harapan, semangat yang dimiliki para petani seperti Andre tidak redup, tapi terus bertumbuh seiring dengan hasil panen yang baik dan melimpah untuk kebaikan semua orang.
Profil singkat Agustiono Salindeho:
Nama lengkap: Agustiono Salindeho
Tempat dan tanggal lahir: Manado, 15 Agustus 1989
Pendidikan: S1 Fakultas Politik Ilmu Administrasi Negara di Universitas Teknologi Sulawesi Utara (UTSU)
Nama istri: Sandra Takahindangen
Tanggal menikah: 15 Desember 2014
Nama anak-anak:
- Andra Adriel Brigit Salindeho
- Amora Adriella Salindeho
(srisurya)