
Manado, BeritaManado.com – Pesta demokrasi menuju kursi Dewan Pimpinan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) menjadi semakin sengit dengan kemunculan dua nama baru sebagai bakal calon.
Pertama, ada Adriana Charlotte Dondokambey, kakak kandung Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dua periode (2015-2024) sekaligus Bendahara Umum PDI Perjuangan serta Ketua PDI Perjuangan Sulut.
Kedua, yaitu Aditya Anugrah Moha atau dikenal sebagai Aditya ‘Didi’ Moha (ADM), mantan Bendahara DPD Partai Golkar Sulawesi Utara (sejak 2007), juga putra Bupati Bolaang Mongondow dua periode, Marliha Moha (2001-2011), seorang tokoh politik dari Partai Golkar yang memilik basis pendukung besar.
Setelah sama-sama pernah menduduki kursi DPR RI, tahun 2024 nanti Adriana Dondokambey dan Aditya Anugrah Moha, bertarung untuk kursi DPD RI.
Dua kekuatan besar yang dimiliki keduanya, menjadi keunggulan tersendiri dibanding beberapa calon lain.
Pengamat politik Sulut, Toar Palilingan mengatakan, dengan hadirnya dua tokoh seperti Aditya Moha dan Adriana Dondokambey, memang telah memberikan warna baru pada daftar calon anggota DPD RI.
“Dari segi popularitas, Aditya Moha harus terus membangun komunikasi, namun dari segi latar belakang partai tidak diragukan lagi, kekuatan dan kemampuan karena sudah membuktikannya pada pemilihan legislatif sebelumnya. Saya pikir, tidak bisa diragukan lagi. Berangkat dari pengalaman itu ya, tentu patut diperhitungkan,” kata Toar Palilingan, kepada BeritaManado.com, Sabtu (7/1/2023).
Sementara untuk sosok Adriana Dondokambey, dalam pencalonannya sebagai anggota DPD, Toar menyebutkan, Adriana tidak akan menemui halangan berarti.
“Adriana Dondokambey kalau dapat back up dari PDI Perjuangan, saya kira tidak akan lari-lari jauh (dari hasil Pileg 2019, red). Karena pemilihan DPR dan DPD kan satu hari,” tambah Toar.
Akademisi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado itu menyebutkan, pada pemilihan DPD, setiap partai politik bisa memiliki grup tandem, tinggal bagaimana tentu keputusan di internal partai terkait prioritas-prioritas dukungan.
“Tapi paling tidak, ikatan emosional mereka (Aditya Moha, Adriana Dondokambey) dengan partai masing-masing, itu sangat diuntungkan dalam kompetisi nanti, dari calon-calon yang lain. Kalau calon-calon yang lain kan harus buka jaringan, atau ciptakan jaringan lagi. Kalau partai-partai yang sudah mapan, yang sangat diuntungkan para kader mereka yang banting setir ke DPD. Dukungan sebelumnya terhadap dua figur tersebut di DPR akan sama ketika mencalonkan diri di DPD, meski pun keduanya akan ada saatnya harus keluar dari partai,” tambah Toar Palilingan.
Namun begitu, Toar memberi catatan agar baik Adriana maupun ADM harus membangun lagi komunikasi kantong-kantong suara yang ada 5 tahun yang lalu.
“Tidak boleh cuma tunggu di tempat. Sebab, bukan tidak mungkin, mereka bisa saja ke lain hati. Kan kita harus jemput peluang-peluang tersebut. Sekalipun bekas pacar, ketika dibutuhkan kembali, harus dibutuhkan komunikasi lagi. Tidak perlu CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali),” pesan Toar.
Ia kembali mengingatkan, kehadiran Adriana dan ADM patut diperhitungkan para bakal calon DPD RI lainnya dari Dapil Sulut.
“Calon-calon lain harus berhitung. Jadi kita akan lihat lagi, kalau sudah ditetapkan, kita akan bahas lagi. Karena akan terjadi pergeseran peta kekuatan pada prosesnya nanti. Dari 11 yang mendaftar calon DPD, bisa saja banyak yang gugur juga. Kota tidak tahu. Karena sekarang tidak sama dengan yang dulu (syarat calon). Sekarang harus ada KTP, tanda tangan, sidik jari, makin diperketat. Ini kan cukup banyak (peserta). Yang akan dipilih 4 orang. Yang 4 lagi cadangan. Minimal 8 itu nanti,” pungkas Toar Palilingan.
(Finda Muhtar/Erdysep Dirangga)