Ratahan – Meski telah lama terbentuk dan menjadi maskot kabupaten pemilihan Minahsa Tenggara, namun ternyata penggunaan nama Putra Mitra Andalan dan Putri Mitra Junjungan ternyata tidak sepenuhnya setujui masyarakat Mitra. Buktinya, satu diantara tokoh adat Mitra, Efendi Rayoh mengaku tidak setuju dan secara tegas menolak akan penamaan tersebut.
Kepada beritamanado, baru-baru ini, Rayoh mengaku sangat menyesalkan ditetapkaknya penggunaan nama Putra Mitra Andalan dan Putri Mitra Junjungan, hal ini tentunya sangat tidak sesuai dengan kultur budaya di Minahasa Tenggara, sehingga sebagai mayarakat yang peduli dengan budaya tentu sangat tidak setuju dan menolak nama tersebut.
“Apa sebenarnya yang menjadi nilai budaya dari nama tersebut, sehingga pihak pemerintah melalui instansi terkait langsung mempatenkan penggunaan nama yang menjadi maskot putra-putri Mitra ini. Kaitannya dengan kultur budaya atau adat istiadat Mitra dimana memiliki tiga sub etnis atau suku yaitu Pasan, Ponosokan dan Tonsawang yang mana, kenapa Andalan dan Junjungan yang dipergunkan,” sesal Raroh sembari menambahkan bahwa kenapa daerah lain menggunakan nama sesuai dengan budaya mereka sedangkan Mitra tidak bisa.
“Pemkab harus mengkaji kembali penggunaan kedua nama tersebut, sebagai masyarakat yang tergabung dalam tokoh tentu sangat tidak setuju. Penggunaan nama sebaiknya ada hubungannya dengan budaya Minahasa,” tutup Rayoh.(dul)