POLITIKA – Energi SBY pada tahun 2011 cukup banyak terkuras untuk Partai Demokrat. Sejumlah skandal yang mendera partai yang dibidaninya adalah penyebabnya. Adalah mega kasus Nazarrudin menjadi salah satu contohnya.
Diharapkan SBY segera mengalihkan energinya untuk mengurus masalah pemerintahan dan kebangsaan. Demikian salah satu kesimpulan hasil riset media content analysis (analisa isi media) The Founding Fathers House (FFH).
Peneliti FFH Dian Permata mengungkapkan, ada dua (2) tema besar yang menguras SBY. Yaitu kasus Nazarrudin dan kasus suap wisma atlet. Itu ditandai dengan diketemukannya komentar SBY terhadap kedua kasus tersebut di surat kabar, tv, dan online. Riset itu dilakukan 17 Maret hingga 31 Desember 2011.
Data riset bersumber dari 43300 materi publikasi dari 11 surat kabar, enam (6) televisi, dan tujuh (7) media online.
Riset menggunakan metodelogi purposive sampling. Locus riset terhadap berita tematik dan berdasarkan kategori politik, hukum, dan ekonomi. Sutrat kabar yang dipilih berskala nasional. 11 surat kabar itu yakni Bisnis Indonesia 880 artikel (5 %), Indo Pos 1602 artikel (9 %), Kompas 2672 artikel (15 %), Koran tempo 2545 artikel (14 %), Media Indonesia 2762 artikel (15 %), Rakyat Merdeka 1745 artikel (10 %), Republika 1653 artikel (9 %), Seputar Indonesia 2272 artikel (13 %), Sinar Harapan 218 artikel (1 %), Suara Pembaruan 260 artikel (1 %), dan The Jakarta Post 1393 artikel (8 %).
5588 buah dari tayangan publikasi televisi. TV One ada 435 tayangan berita (8 %). RCTI 1293 tayangan berita (23 %). SCTV 1156 tayangan berita 1156 (21 %). Metro TV 1206 tayangan berita (22 %). Trans TV 505 tayangan berita (9 %) . Trans 7 348 tayangan berita (6 %) . AN TV 645 tayangan berita (11 %). 19710 buah dari artikel online. Antara.com ada 3045 artikel (15 %). Detik.com 4374 artikel (22 %). Inilah.com 289 artikel (2 %). Kompas.com 3149 artikel (16 %). Tempo.co 2863 artikel (15 %). Okezone.com 2966 artikel (15 %). VIVANews.com 3024 artikel (15 %).
Dari riset ditemukan, SBY memberikan komentar di media cetak tentang kasus Nazrrudin di media cetak 19 kali (6 %). KTT Asean 2011 sebanyak 17 kali (5 %), perombakan cabinet 13 kali (4 %), dan lainnya 274 kali (85 %). Di TV, kasus Nazarrudin 22 kali (19 %), rakornas Partai Demokrat 11 kali (9 %), perompak Somalia 10 kali (9 %), dan lainnya 74 kali (63 %). Di online, kasus Nazarrudin 22 kali (7 %), KTT Asean 2011 sebanyak 18 kali (5 %), dan lainnya 278 (83 %).
“Ini menandakan bahwa Partai Demokrat menyedot energi SBY sangat besar. Ada kasus Nazarrudin, kasus suap wisma atlet, dan Rakornas Partai Demokrat,” katanya di Jakarta.
Menurut Dian, sejatinya para elite di partai berlambang mercy itu, bisa mengurusi dan mengatasi masalah yang mendera mereka. Tidak perlu menambah beban kerja SBY. Energi SBY harus digunakan untuk mengurus masalah pemerintahan dan kenegaraan. Ke depan, para elite itu harus harus bisa melakukannya. “Jangan terus membebani SBY. Nanti over load. Dan itu memang itu mudah.”
Sepanjang tahun 2011 ada dua (2) topik berita yang paling banyak menyita perhatian media massa, surat kabar, tv, dan online. Kasus Nazarrudin beserta suap Kemenpora dan kasus suap pemilihan Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia. Aktor yang terlibat dalam kasus Nazarrudin dan suap Kemenpora lebih banyak ketimbang kasus suap DGS BI. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah nama yang disebut atau ditulis media massa serta diduga terlibat dalam kasus-kasus tersebut.
Di kasus pertama, ada Nazarrudin, Mindo Rosa Manullang, Yulianis, Mirwan Amier, I Wayan Koster, Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Angielina Sondakh. Sedangkan di kasus DGS BI, hinga saat ini hanya menyeret nama Miranda S Goeltom dan Nunun Nurbaeti.
Praktis lantaran melibatkan sejumlah nama elit negeri ini maka kasus Nazarrudin angat dominan apabila dibandingkan kasus suap DGS BI. Belum lagi dengan derivasi atau turunan topik terhadap kasus Nazarrudin sangat beragam dan saling beririsan. Sebagai contoh, pelarian Nazarrudin ke sejumlah negara, isu tudingan-tudingan Nazarrudin selama pelarian, aliran dana dalam Kongres PD di Bandung, dan isu lainnya. Akibatnya bisa ditebak. Frekuensi topik pemberitaan seputar kasus Nazarrudin beserta isu turunannya di media massa, surat kabar, tv, dan online, sangat signifikan. (***)