Manado, BeritaManado.com — Belakangan ini, komoditi kopra sedang naik daun, di mana petani bersukacita karena harga bertahan dikisaran Rp22 ribu per Kg.
Optimisme akan berjayanya komoditas kopra pun bermunculan, ditambah dengan makin banyaknya produk turunan dari kelapa yang mulai menjamah dunia ekspor.
Namun, meski sedang bersukacita, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Sulawesi Utara (HKTI Sulut) mengingatkan para petani agar tetap waspada.
Ketua HKTI Sulut Melki Suawah mengatakan, yang terjadi saat ini adalah prinsip ekonomi, yaitu karena permintaan akan kopra dan turunannya sekarang sedang tinggi, tetapi faktor iklim yaitu cuaca hujan yang menjadi kendala atau menghambat proses pemanenan kelapa oleh petani.
“Antara demand yang tinggi dan supply yang rendah. Ada fenomena pembelian buah kelapa utuh oleh beberapa perusahaan besar juga ikut menggerek harga kopra,” ujar Melki kepada BeritaManado.com, Senin (19/5/2025).
Dalam kondisi seperti ini, Melki pun mengajak petani dan pemilik kebun kelapa untuk bersyukur, namun juga harus menyisihkan sebagian hasil penjualan kopra untuk peremajaan pohon kelapa dikebun-kebunnya.
Termasuk melakukan pemupukan dan perawatan kebun, sehingga apabila pun nanti terjadi penurunan paling tidak ada keuntungannya, yakni pohon kelapa telah dirawat dan diremajakan.
Melki pun menyampaikan, pemerintah daerah harus menjaring investasi luar sebanyak mungkin dibidang pengolahan dan industri kelapa, serta membuka berbagai peluang pasar di tingkat nasional maupun internasional.
“Sesuai arahan Presiden bahwa program hilirisasi diberbagai bidang, termasuk sektor pertanian atau perkebunan. Maka pemerintah daerah harus menyambut dan mengimplementasikannya terutama di komoditi unggulan Sulut yaitu kopra, cengkih dan pala,” kata Melki.
Diketahui, momen naiknya harga kopra menjadi begitu berarti bagi petani karena di tengah pergolakan ekonomi global, bisa mendapat untung adalah hal yang sangat baik.
Apalagi, bagi petani yang sedang memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak, di mana saat ini sudah masuk masa kelulusan dan sedang bersiap menuju akhir semester untuk tahun ajaran baru sehingga untung yang didapat akan berguna bagi biaya pendidikan anak.
Begitu juga bagi petani lainnya dengan perjuangan masing-masing.
Sinergitas yang tercipta antara pemerintah daerah, stakeholder, investor dan petani tentu akan menghadirkan optimisme jika sektor pertanian dan perkebunan di Sulut akan baik-baik saja dan makin sejahtera.
(srisurya)