Jakarta, BeritaManado.com — Gelaran Piala Dunia U-20 yang sejatinya digelar di Indonesia Mei – Juni 2023 mendatang, akhirnya harus dibatalkan.
Hal itu dikarenakan ulah segelintir orang yang melakukan penolakan terhadap kehadiran Tim Nasional U-20 Israel.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) pun sampai mengungkapkan penyesalannya.
“Saya hanyalah satu dari sekian juga anak bangsa yang merasakan penyesalan dan kekcewaan. Harusnya tidak seperti ini. Saat ini kita malu di dunia internasional. Kita patut bertanya kepada pemerintah sekarang, kenapa ini bisa terjadi. Padahal ada ruang untuk berdiplomasi, mengantisipasi dan mengkomunikasikannya. Nama baik dan reputasi kita di dunia internasional dipertaruhkan,” ujar AHY saat dialog bersama millenial di Dermaga Sunda, Bandung, Kamis (30/3) beberapa hari lalu.
AHY juga menyesalkan, ketika perhelatan Piala Dunia U-20 akan segera dilaksanakan, tiba-tiba di dalam negeri ribut.
“Kemana saja selama ini? Padahal ada ruang untuk berdiplomasi. Lagi-lagi, di ujung-ujung jelang perhelatan tiba-tiba masing-masing punya suaranya, tidak bisa didisiplinkan. Ini berdampak pada nama baik negara,” ujar AHY.
Menurut AHY, setidaknya ada empat kerugian dari batalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, yaitu Pertama adalah rusaknya reputasi Indonesia.
“Buruknya nama Indonesia di dunia internasional, karena dianggap tidak punya komitmen,” katanya.
Kerugian kedua, mubazirnya persiapan-persiapan yang telah dilakukan, juga kekecewaan para atlet terbaik Indonesia, para suporter dan tentu saja pecinta sepak bola Indonesia.
“Betapa kecewanya atlet-atlet kita. Jangankan atletnya, keluarganya, kita semua sebagai suporter dan sebagai penggemar sepak bola nasional juga pasti tidak terima begitu saja,” kata AHY menambahkan.
Kerugian ketiga, adanya kerugian materiil akibat dana negara telah dikeluarkan untuk persiapan penyelenggaraan Piala Dunia U20.
“Ini kan semua sudah diperbaiki nih, sudah disiapkan, itu uang siapa? Uang negara, uang siapa itu? Uang rakyat. Jadi rugi lagi kita, udah berapa stadion Indonesia yang dipersolek supaya jadi, supaya pantas dan siap menjadi tuan rumah. Bukannya sia-sia, tapi itu kan dipersiapkan untuk perhelatan akbar dunia,” tambahnya.
Sementara kerugian keempat adalah kerugian potensi, benefit atau keuntungan ekonomi yang bisa dihasilkan jika itu bisa dilakukan di Indonesia, termasuk pariwisata dan UMKM yang pandemi terpuruk.
“Bayangkan berapa negara yang akan datang. Belum lagi suporter dari negara lain di dunia yang ikut meramaikan untuk menonton. Jadi ada potensi banyak kerugian buat kita. Itu lapangan pekerjaan, penghasilan, devisa, itu macam-macam semuanya akan masuk ke kas negara juga,” kata AHY.
Selain itu, AHY juga menegaskan bahwa sebetulnya sampai dengan hari ini, jelas posisi Indonesia ingin turut memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
“Yes, itu ada dalam undang-undang dasar kita. Saya ulangi, itu ada dalam semangat konstitusi kita, masalah kemerdekaan berbangsa dari segala penjajahan di dunia,” katanya.
Tetapi, lanjut AHY, perjuangan dan solidaritas Indonesia untuk Palestina hendaknya diletakkan pada jalur diplomasi multilateral yang semestinya.
“Jangan campur adukkan. Forumnya tidak sama, kita punya banyak forum lainnya untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Ada namanya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau United Nations, yang setiap tahun menggelar Sidang Umum PBB atau UN’s General Assembly (GA). Kalau mau disampaikan di situ. Tapi sudah berapa kali GA, sekalipun pemimpin kita tidak datang ke sana. Sekali lewat zoom ketika pandemi, selebihnya ya tidak datang. Padahal itu adalah forum yang baik untuk menyuarakan isu-isu dunia tadi, maupun ada forum-forum multilateral lainnya,” tegas AHY.
AHY juga berpesan, agar dunia sepak bola Indonesia tidak dijadikan alat untuk berpolitik.
“Kalau PSSI dijadikan alat politik, nggak akan benar sepak bola kita. Nggak hanya sepak bola, semua olahraga. Jadi saya berharap, kita semua bermohonlah kepada mereka yang mengurusi itu semua, pemerintah kita, pemimpin kita, ya benar-benar menata ini dengan baik. Jangan pakai agenda politik, jangan pakai tujuan untuk meningkatkan elektabilitas,” harap AHY. Oleh karena itu, AHY mengajak anak-anak muda yang hadir pada dialog malam itu untuk tetap bersikap optimis. Mari wujudkan perubahan dan perbaikan yang kita usung bersama,” tutupnya.
(***/Frangki Wullur)