Kotamobagu, BeritaManado.com -Pemerintah Kota (Pemkot) Kotamobagu mengalokasikan sebesar 2% anggaran APBD Perubahan tahun 2022 untuk pengadaan bibit tanaman cepat panen.
Sejumlah pihak mempertanyakan, alokasi 2% APBD tersebut, apakah mampu mempertahankan tren positif terhadap capaian Nilai Tukar Petani (NTP) di tengah-tengah inflasi.
Pasalnya, inflasi yang terjadi usai kenaikan BBM ikut berimbas terhadap naiknya harga barang dan jasa, termasuk operasional dan hasil produksi panen.
Yanto Atusik dan Yudi Abano, petani asal Kelurahan Motoboi Besar Kecamatan Kotamobagu Barat misalnya.
Kepada BeritaManado.com saat sedang menanam padinya di sawah Jumat, (7/10/2022), keduanya mengeluhkan kondisi pertanian saat ini.
“Harga bibit agak naik, dan untuk mendapatkannya, terlebih dahulu kas bon di gilingan, nanti pada saat panen baru dipotong dengan hasil panen,” terang Yanto.
Untuk mendapatkan pupuk dan obat-obatan, keduanya mengaku kesulitan.
“Untuk mendapatkan pupuk, kami sangat kesulitan karena harus lewat kelompok atau meminjam kartu tanda pengenal orang lain agar bisa memperoleh pupuk,” keluh Yanto.
Lain hal dengan Yudi Abano, untuk menggarap sawah, ia harus menyewa traktor dengan harga yang menurutnya tergolong mahal.
“Untuk bongkah tanah harus menyewa traktor yang harganya lumayan mahal,” keluh Yudi sambil meneguk kopi.
Disinggung akan ada bantuan Pemerintah Kotamobagu, Yanto pun langsung merespon.
“Alhamdulillah, jika ini benar, kami bisa berhemat biaya karena untuk biaya menggarap sawah hingga jadi beras, setengah keuntungan kembali ke pokok,” ujarnya.
Diketahui, sektor pertanian sangat menunjang perekonomian nasional.
Berdasarkan prognosa atau sistem monitoring stok pangan pokok strategi tahun 2022 khususnya pada komoditas beras, menunjukkan adanya surplus 7,5 juta ton.
Hal ini melanjutkan tren positif swasembada beras dengan produksi beras di tahun sebelumnya.
(Delly Mamonto)